Ruang yang dapat diisi, atau nilai tambah yang dapat dibawa, oleh negara seperti Indonesia adalah bagaimana caranya dapat membantu menciptakan stabilitas di tengah rivalitas China-AS
Jakarta (ANTARA) - Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, sebagai pihak ketiga dalam dinamika hubungan China dan Amerika Serikat (AS), tidak cukup hanya mengambil sikap tidak memihak, namun mestinya dapat proaktif, demikian menurut diplomat Indonesia, Marty Natalegawa.

Dalam Global Town Hall 2020 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Jumat, Marty menyebut strategi kebijakan luar negeri Indonesia, dan negara Asia pada umumnya, harus mempunyai tujuan tertentu--bukan hanya berharap agar terjadi hal terbaik.

"Ruang yang dapat diisi, atau nilai tambah yang dapat dibawa, oleh negara seperti Indonesia adalah bagaimana caranya dapat membantu menciptakan stabilitas di tengah rivalitas China-AS," kata Marty, yang menjabat Menteri Luar Negeri RI periode 2009-2014 itu.

"Dan lagi, negara seperti Indonesia tidak dapat hanya menyampaikan keprihatinan atau keluhan [...] kita harus menawarkan rekomendasi kebijakan yang konkret. [...] Dan bahkan bukan hanya untuk China dan AS, namun juga dinamika bilateral di kawasan, seperti China-India dan China-Jepang," ujar Marty.

Ketegangan hubungan China dan AS semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan sejumlah isu yang menjadi konflik antara keduanya, mulai dari perang dagang, penanganan pandemi COVID-19, politik Hong Kong dan Taiwan, etnis Muslim China di Xinjiang, hingga sengketa di Laut China Selatan.

Beberapa waktu yang lalu, China dan AS sempat menggertak satu sama lain dengan saling unjuk kekuatan militer di perairan Laut China Selatan--yang berpotensi berimbas pada keamanan regional.

Dalam sesi diskusi yang sama, Kevin Rudd, Perdana Menteri Australia 2007-2010 dan 2013, menambahkan bahwa negara-negara ketiga dalam hubungan China-AS akan menghadapi tantangan geopolitik yang lebih kompleks "seiring dengan terus bergeraknya kita menuju dunia yang semakin biner".

"Namun untuk dekade mendatang, saya kira menjadi sangat penting bagi negara-negara ketiga untuk memperbaiki kemungkinan ketegangan antara dua kekuatan besar, China dan Amerika Serikat," kata Rudd.


Baca juga: AS sebut RI miliki peran penting di Laut China Selatan

Baca juga: Para pemimpin ASEAN memulai KTT di tengah persaingan kekuatan besar

Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020