Semarang (ANTARA) - Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Dr Anwaruddin Ambary menyatakan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) berhasil mengukuhkan diri sebagai rujukan Islam moderat yang reputasinya diakui oleh komunitas Dialog Lintas Iman dan Budaya (Interfaith and Intercultural Dialogue) dunia.

"Kita patut bangga dengan eksistensi MAJT yang masif menyosialisasikan Islam ala Indonesia yang moderat hingga menjadikan masjid ini menjadi pusat moderasi beragama. Predikat tersebut agar dirawat dan dikembangkan," katanya seperti dikutip dalam siaran pers MAJT yang diterima di Semarang, Rabu.

Apresiasi tersebut disampaikan Anwaruddin saat mengunjungi masjid terbesar di Jawa Tengah tersebut, Selasa (17/11). Anwaruddin dalam kunjungannya ke MAJT didampingi Paulus Tasik Galle, Kasubid Kerukunan Beragama, serta Iqna Ul Hayati dan H. Mardiyo.

Baca juga: Keuskupan Indonesia kagumi persaudaraan MAJT

Baca juga: Ormas se-Jawa Tengah tuntut penutupan tempat karaoke sekitar MAJT


Dialog sekitar dua jam tersebut untuk menambah khazanah tentang ke-MAJT-an sebagai pusat moderasi beragama dunia. Dari reputasi tersebut, Dr Anwarudin menilai wajar bila MAJT kian intens menjadi pusat rujukan Islam moderat serta sering dikunjungi para dubes, parlemen, dan tokoh-tokoh dunia karena menjadi pusat moderasi beragama tingkat dunia.

Sekretaris PP MAJT Drs KH Muhyiddin MAg menegaskan moderasi beragama ala Indonesia yang dikembangkan MAJT sumber utamanya dari ajaran Islam yang asli, yang belum terkontaminasi pengaruh politik dari luar negeri.

Moderasi itu, menurut dia, sangat penting dilakukan MAJT untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan diskriminasi, sebaliknya menjunjung tinggi persaudaraan dan kemanusiaan kepada semua umat manusia.

Reputasi MAJT sebagai moderasi beragama tersebut, katanya, diakui dunia termasuk negara-negara Eropa sebagai pusat moderasi beragama.

Reputasi tersebut menjadikan masjid ini sebagai rujukan banyak negara. Bahkan, koleksi Alquran raksasa yang dimiliki di Ruang Utama Shalat, belum lama ini dipamerkan pada Pameran Kebudayaan di Eropa.

Kunjungan utusan Kemenag Pusat tersebut diterima Sekretaris PP MAJT Muhyiddin didampingi Wakil Sekretaris Drs H Istajib AS, Korbid Bidang Kerja Sama Nanang Nurcholis dan Korbid Humas H Isdiyanto Isman.

Pada tataran peradaban agama, MAJT juga diperkaya dengan museum sejarah perkembangan Islam Nusantara di Menara Al-Husna. Museum tersebut menggambarkan kuatnya peradaban yang terbentuk antara menyatunya ajaran Islam yang dibawa Walisongo dengan budaya lokal peninggalan nenek moyang yang eksis di masa itu.

"Cukup mengenali khazanah MAJT yang dibangun di area tanah seluas 10 hektare, masyarakat dunia sudah cukup menyaksikan keseluruhan Indonesia yang kental dengan berbagai corak kebhinekaannya. Nilai inilah yang kini menjadikan Indonesia sebagai simbol Islam moderat," tambah Paulus Tasik Galle yang mengunjungi MAJT kali keenam dalam program Interfaith dan Intercultural Dialogue.

Baca juga: MAJT berduka atas wafatnya Mbah Moen

Baca juga: Ulama Palestina kunjungi Masjid Agung Jawa Tengah

Baca juga: Presiden Jokowi dijadwalkan shalat Jumat di MAJT


Wakil Sekretaris MAJT Istajib AS mengusulkan Kemenag agar membantu penyempurnaan Museum Sejarah Islam Nusantara yang dimiliki MAJT. Koleksinya masih perlu diperbanyak agar semakin efektif sebagai literasi tentang sejarah Islam di Indonesia.

Korbid Kerja Sama PP MAJT Dr Nanang Nurcholis juga memandang penting keterlibatan Kemenag dan komunitas Interfaith dan Intercultural Dialogue dunia dalam memperkuat berbagai kerja sama dengan MAJT dalam konteks posisinya sebagai pusat moderasi beragama dunia.

Pewarta: Achmad Zaenal M
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020