dokumen Renstra AI harus mengoptimalkan semua sumber daya untuk mencapai PDB nasional terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2030
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mendorong Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial atau Artificial Intelligence (AI) yang diluncurkan BPPT sejalan dengan Kebijakan Industri Nasional 2020-2024 dan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035.

“Stranas AI juga perlu sejalan dengan roadmap Making Indonesia 4.0 yang kini menetapkan tujuh sektor industri prioritas, yaitu industri otomotif, elektronik, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, kimia, farmasi, serta alat kesehatan,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Kemenperin, lanjut dia, berharap implementasi Stranas AI dapat menekan impor teknologi, dengan mengoptimalkan kemampuan anak bangsa dalam segala bidang, khususnya penerapan aplikasi AI sektor industri, yang sejalan dengan target subtitusi impor 35 persen pada tahun 2022.

“Kami ingin semua sumber knowledge kemampuan AI dengan machine learning dan deep learning dapat dihasilkan dari pusat riset baik institusi riset maupun universitas dengan menekankan spesialisasi bidang tertentu dan berkolaborasi untuk peningkatan kemampuan AI di dalam negeri,” tutur Taufiek.

Menurut dia, dalam dokumen Stranas AI harus dipisahkan antara pemanfaatan AI untuk tujuan ekonomi dan nonekonomi.

“Untuk tujuan ekonomi, dokumen Renstra AI harus mengoptimalkan semua sumber daya untuk mencapai PDB nasional terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2030,” kata Taufiek.

Pada saat itu, lanjut dia, Indonesia ditargetkan menjadi negara berpendapatan tinggi.

Sektor industri diproyeksikan memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian nasional. Sepanjang triwulan III tahun 2020, industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional dengan angka 17,90 persen.

“Sedangkan, penggunaan AI untuk kegiatan nonekonomi dan fungsi ketahanan nasional perlu diperkuat. Misalnya di sektor pertahanan, keamanan, kesehatan, pendidikan, serta kebencanaan dan iklim, termasuk juga pada penerapan sistem AI di bidang government,” papar Taufiek.

Dengan demikian, kata dia, Stranas AI akan fokus dan mempunyai arah, target serta indikator yang terukur jelas.

Taufiek pun menekankan pentahapan dalam penguatan infrastruktur, penguasaan device maupun bisnis model harus terlihat dalam dokumen tersebut, termasuk pembinaan AI di sektor industri kecil menengah (IKM) serta upaya peningkatan skill SDM yang terampil.

“Dalam upaya itu, Kemenperin sudah membangun PIDI 4.0, Lighthouse 4.0, dan startup platform untuk IKM,” ujarnya.

Ia mengharapkan Stranas AI juga dapat mengoptimalkan sumber daya di kementerian atau lembaga yang ada di pusat maupun daerah, termasuk BUMN untuk mewujudkan target dalam peta jalan Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2018 lalu.

Baca juga: BPPT kembangkan TMC karhutla berbasis kecerdasan artifisial
Baca juga: Menristek: Kecerdasan artifisial tingkatkan produktivitas bisnis
Baca juga: Pemerintah optimis kecerdasan artifisial ungkit ekonomi masa depan

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020