Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani mengatakan pihaknya saat ini fokus untuk menggaet wisatawan lokal untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata tanah air.

Kemenparekraf mengupayakan berbagai cara untuk membuat pemulihan pariwisata berjalan dengan cepat. Rizki juga melihat banyak asosiasi pariwisata dan pengelola destinasi wisata melalukan berbagai promosi dengan cara-cara baru untuk mendorong bangkitnya industri pariwisata.

"Enggak usahlah berpikir mancanegara dulu tapi domestiknya yang akan kita dorong. Jadi pemerintah akan ke sana untuk mendorong agar domestik turis tidak berhenti dan akan mulai pelan-pelan berjalan," kata Rizki dalam jumpa pers "IDEAFEST 2020", Kamis.

Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pun menjadi salah satu tujuan wisata yang sedang digalakkan oleh Kemenparekraf. Menurut Rizki, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang sudah menggunakan protokol kenormalan baru.

"Nah kenapa ini di Labuan Bajo karena ini adalah salah satu upaya untuk mengimplementasikannya jadi kenapa harus di implementasikan? Karena kalau enggak dibiasakan dengan model baru, kita tidak akan pernah siap, jadi itu yang kami lakukan termasuk dengan ekonomi kreatif," kata Rizki.

Rizki menyadari sejak bulan Maret industri pariwisata mulai lesu, sisi baiknya pemerintah bisa berbenah tentang target ke depannya sehingga Indonesia tidak hanya menjual keindahan alam dan budayanya saja. "Kami melihat ini untuk memperbaiki sebenarnya arah pembangunan pariwisata kita ke depan seperti apa. Jadi kita melihat ketergantungan hanya pada pariwisatanya aja, kita melihat ada atraksinya hanya menjual alam dan budaya ternyata ke depan mungkin harus ada hal lain," ujar Rizky.


Baca juga: Kemenparekraf sebut pentingnya kolaborasi untuk selamat dari pandemi

Baca juga: Kemenparekraf gelar simulasi protokol 3K destinasi pariwisata nasional

Baca juga: Pelaku parekraf diajak gunakan platform digital saat komunikasi krisis


Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020