Jakarta (ANTARA) - Sekolah Youtuber Global Influencer School (GIS) mendorong semakin banyaknya orang Indonesia yang menjadi Youtuber profesional.

"Kami sudah berkonsultasi dengan Guru Besar Ekonomi Universitas Negeri Jakarta Prof Dr Dedi Purwana, beliau setuju dengan pemikiran jika para youtuber berpotensi jadi pahlawan devisa, terutama dari pajak yang mereka bayarkan," kata CEO Sekolah Youtuber Dirgantara Wicaksono kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan Youtuber berpotensi meraup penghasilan dari media berbagi video Youtube dan bisa memberi nilai tambah melalui pajak yang nantinya mereka bayarkan kepada negara.

Baca juga: Youtuber Shalawat Summit semarakkan Hari Santri 2020

Baca juga: Youtuber Marcow bersolo karir dengan channel "Markocak"


CEO Global Influencer School Hariqo Wibawa Satria mengatakan video karya warga memiliki banyak potensi, seperti menghadirkan wisatawan Indonesia dan menghidupkan perekonomian. Bahkan, beberapa video yang diproduksi oleh guru-guru di Indonesia juga telah ditonton oleh masyarakat di belahan dunia lainnya.

"Saat ini orang selalu mempertimbangkan informasi di internet sebelum memutuskan untuk datang, apalagi berinvestasi dari Indonesia. Itulah pentingnya Gerakan Sejuta Youtuber yang akan melahirkan jutaan video," katanya.

Hal terpenting, kata dia, sekali menyampaikan konten bohong disampaikan untuk membujuk orang ke Indonesia, maka selamanya warganet tidak percaya.

"Hitung saja berapa kali media sosial memblokir pernyataan Trump yang dianggap hoaks, padahal Trump itu Presiden Amerika," katanya.

Artis dan pembina Guru Youtuber Oki Setiana Dewi mengatakan sekolah bagi pegiat Youtube adalah yang pertama di Indonesia. Tujuan dari sekolah itu adalah untuk menambah penghasilan bagi Youtuber seperti para guru, dosen, pelajar, mahasiswa dan siapapun yang punya keinginan maju.

Baca juga: Youtuber Tina Bule bantu promosikan Bali

Baca juga: Youtuber Putra Siregar berkurban 410 ekor hewan, raih rekor MURI


"Sekolah Youtuber merupakan solusi untuk mengembangkan kurikulum baru berbasis digital agar terjadi keseimbangan antara visi luhur pendidikan dengan tren kekinian, sehingga bonus demografi tidak hanya dibicarakan, namun dikembangkan untuk kemajuan bangsa kita," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020