Jakarta (ANTARA) - Perusahaan jasa antar barang, Ninja Xpress memberikan bimbingan belajar "bimbel" kepada pengusaha mengenai cara mengembangkan perusahaan di masa krisis, dengan menggandeng Riel Tasmaya selaku CEO brand busana muslim SUQMA.

Country Head Ninja Xpress, Ignatius Eric Saputra mengatakan, Ninja Xpress sebagai mitra UMKM memahami berbagai perubahan telah terjadi selama pandemi, termasuk pola perilaku pebisnis yang berubah dan bergeser. Kondisi itu menuntut pelaku UMKM untuk cepat tanggap dalam merespons perubahan.

"Salah satu pelajaran adalah memahami valuasi bisnis UMKM, agar para founder bisa mentransformasi usaha mereka lebih besar lagi. Inilah yang membuat kami berambisi menyediakan beraneka program dan fasilitas pemberdayaan untuk UMKM Indonesia agar membantu tidak hanya go digital, namun juga mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi," kata Eric dalam keterangan resminya, Senin.

Baca juga: Ninja Xpress berikan pelatihan untuk UKM lawan dampak pandemi

Baca juga: Berguru "urban farming" Ninja Xpress, pelajari potensi baru dari rumah


Pada acara lanjutan program Aksilerasi itu, Riel menyarankan agar pemilik usaha (founder) memahami visi dan misi usahanya sebelum meningkatkan derajat perusahaan menjadi lebih tinggi.

"Founder harus tahu sudah di tahap mana usahanya sekarang dan harus dapat menilai perusahaan objektif mau kemana," kata Riel.

Selain itu, Riel juga menganalogikan bahwa mencari investor selayaknya mencari jodoh. Sehingga penting untuk mendapatkan chemistry antara pemilik usaha dan investor barunya.

"Tentu tidak sekali bertemu (one time process) tapi perlu proses berulang-ulang kali (continue process) yang membuat keduanya cocok," jelas Riel.

Dikatakan oleh dia, pemilik usaha juga harus memahami jenis investor mana yang tepat bagi perusahaan. Mulai dari angel investor, perusahaan investasi, venture capital atau perusahaan yang masih berelasi dengan produk yang dijual.

Tentunya pemilik usaha harus juga bijak memilih jenis investasi mana yang tepat dalam pengembangan bisnisnya. Baik itu berupa permodalan (equity financing) atau hanya dalam bentuk pinjaman (loan).

"Tak perlu beri saham ke investor bila ternyata kita hanya butuh pinjaman jangka pendek," kata dia.

Dengan demikian, founder harus berhati-hati dalam menentukan valuasi startup agar investor lebih yakin dan mantap untuk berinvestasi. Tunjukkan data finansial atau projection, lalu gunakan pendekatan apa saja untuk mendapatkan data tersebut.

Dilanjutkan dengan laporan finansial dan laporan pajak, ada tahapan analisa industri (Industrial Analysis), analisa pasar (Market Analysis), pemetaan kompetitor (Competitor Mapping) dan terakhir founder and team.

Para founder pada dasarnya tak perlu khawatir untuk membuka bisnis sendiri bersama investor baru. Sebab dengan membangun bisnis bersama-sama maka dapat meningkatkan pertumbuhan usaha lebih cepat.

Hanya saja para founder juga perlu jeli melihat kebutuhan perusahaan. Bila sifat kebutuhan dana bentuknya sementara (project based) maka opsi permodalan dalam bentuk pinjaman bisa jadi pilihan. Alhasil nilai saham yang dimiliki tak berubah.

Teknik menarik minat investor bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dipaparkan oleh Riel tersebut salah satu menu utama program Aksilerasi Ninja Xpress.

Baca juga: Perusahan logistik ini dulang layanan pengiriman paket sejak pandemi

Baca juga: Ninja Xpress hadirkan program "Aksilerasi" bantu UKM tetap maju

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020