Selain tenaga kesehatan, juga akan memrioritaskan vaksinasi kepada petugas lapangan seperti TNI/Polri dan Satuan Polisi Pamong Praja sebab mereka dianggap memiliki risiko tinggi terinfeksi COVID-19 karena setiap hari bertugas di lapangan
Semarang (ANTARA) -
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memrioritaskan vaksinasi untuk tenaga kesehatan dan petugas lapangan sebagai upaya melindungi dari ancaman terinfeksi COVID-19.

"Besok ini, alokasinya kita belum banyak, tahap pertama itu belum sampai ribuan, masih sekitar ratusan. Beberapa sampel yang didapat itu akan kami prioritaskan untuk tenaga kesehatan," katanya di Semarang, Selasa.

Ia menyebutkan pada November 2020, Provinsi Jawa Tengah baru sedikit mendapat kuota vaksin COVID-19, namun pada tahap kedua akan mendapat dalam jumlah cukup besar.

"Tahap berikutnya baru agak banyak, mungkin bisa jutaan, kalau tidak salah sekitar 2,5 juta vaksin. Kalau bulan depan sudah dimulai, ya mungkin November sampai Desember tahun ini," ujarnya.

Selain tenaga kesehatan, ia juga akan memrioritaskan vaksinasi kepada petugas lapangan seperti TNI/Polri dan Satuan Polisi Pamong Praja sebab mereka dianggap memiliki risiko tinggi terinfeksi COVID-19 karena setiap hari bertugas di lapangan.

"Atau juga pada masyarakat yang tiap hari menjalankan kegiatan di tempat terbuka misalnya pasar, angkutan dan lainnya. Saya kira, mereka perlu mendapat prioritas," katanya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah sedang berusaha sekuat tenaga melaksanakan program vaksinasi ini dan telah mencari beberapa sumber vaksin dari berbagai negara dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan.

"Syukur akan muncul dari dalam negeri sehingga bisa memenuhi. Mungkin vaksinnya itu tidak hanya satu, tapi beragam tergantung kapasitas dan kemampuan. Saya kira pemerintah sudah memikirkan jumlahnya itu," katanya.

Meskipun program vaksinasi segera dilakukan pemerintah, ia tetap meminta masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat dengan menghindari kerumunan, tertib memakai masker, dan rajin cuci tangan pakai sabun.

"Tidak bisa tidak, itu wajib. Kalau itu dilakukan, maka kita bisa beradaptasi. Masyarakat tetap boleh bekerja, keluar rumah tapi harus menerapkan protokol kesehatan itu. Kalau itu dilakukan, maka cara itu yang bisa mengamkan diri," katanya.

Orang nomor satu di Jateng itu juga berpesan pada masyarakat agar tidak memberikan stigma negatif pada orang yang dinyatakan positif COVID-19.

"Saya baru saja mendapat laporan di Solo, ada satu keluarga yang positif merasa disingkirkan. Tolong jangan ada stigmatisasi pada mereka, mereka butuh pertolongan, bukan diasingkan," demikiann Ganjar Pranowo.

Baca juga: 85 persen rumah sakit di Jateng ajukan insentif tenaga medis COVID-19

Baca juga: Ada satu lagi, nakes di Kudus-Jateng meninggal bertambah tiga orang

Baca juga: Ganjar prioritaskan anak tenaga kesehatan dalam PPDB Jateng

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020