Pendidikan seks dan kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas tampaknya masih jarang mendapatkan perhatian di kalangan pendidik
Depok (ANTARA) - Tim pengabdi masyarakat (pengmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan pelatihan daring kepada 39 guru dari 13 sekolah luar biasa (SLB) tuna grahita di Kota Depok.

Ketua Tim Pengabdi Masyarakat FKM UI Dr  Evi Martha dalam keterangan di Depok, Jawa Barat, Senin mengatakan informasi mengenai kesehatan reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada remaja, termasuk kepada remaja disabilitas, yang di antaranya adalah remaja tunagrahita.

"Sayangnya, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas tampaknya masih jarang mendapatkan perhatian di kalangan pendidik," katanya.

Ia mengemukakan sebuah studi yang dilakukan oleh Habeahan pada tahun 2014 di salah satu SLB di Jakarta Timur menyebutkan bahwa guru di SLB tersebut kurang memerhatikan permasalahan seks pada remaja tunagrahita dikarenakan minimnya sumber informasi yang diperoleh, serta merasa tabu membahas seks.

Seiring dengan minimnya pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus itu, kata dia,  menjadikan sebagian di antara mereka cenderung mudah dimanipulasi sehingga kerap kali dijadikan objek pelecehan dan pelampiasan seksual.

"Pelecehan seksual remaja disabilitas dua kali lebih tinggi dibanding anak normal," katanya

Berangkat dari permasalahan tersebut, Evi Martha dan tim menggagas rangkaian program pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahitha berkolaborasi dengan psikolog yang juga Direktur Sekolah Citta Bangsa Oktina Burlianti, M.Si, dan Ketua Badan Khusus Kesehatan Remaja  Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Loveria Sekarrini, SKM, MKM.​​ 

Pada hari pertama, pelatihan diawali dengan pemberian materi mengenai pengenalan tentang remaja tunagrahita, pengenalan dasar kesehatan reproduksi remaja (Aku dan Tubuhku), isu terkait perilaku seksual pada anak tunagrahita.

Selanjutnya pada hari kedua, para peserta diberikan materi terkait pengenalan perilaku seksual berisiko (aku dan lingkunganku), dan teknik komunikasi serta peran orang tua guru dalam mendampingi anak remaja tunagrahita.

Pada akhir kegiatan, peserta dipandu untuk membuat rencana tindak lanjut usa pelaksanaan pelatihan. Para peserta diminta untuk menyosialisasikan informasi yang diperoleh ke sesama guru yang lain di sekolahnya, serta membuat program edukasi mengenai kesehatan reproduksi di sekolahnya masing-masing dengan pendampingan dari Tim Pengmas dan Diknas.

Satu bulan usa pelatihan, tim Pengmas FKM UI juga akan melakukan pertemuan kembali untuk memaparkan kegiatan implementasi yang sudah dilakukan. Metode pelatihan dilakukan dengan ceramah, diskusi dan tanya jawab, studi kasus, pendampingan, serta pemutaran film bertemakan kesehatan reproduksi remaja, demikian Evi Martha.
​​​​​​​
​​​​​​​

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020