Potensi perikanan di Natuna ini sangat besar, namun para nelayan masih banyak yang menggunakan alat penangkapan ikan tradisional....
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengupayakan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna dengan menggenjot kapasitas nelayan melalui inovasi teknologi alat penangkapan ikan bubu lipat.

"Potensi perikanan di Natuna ini sangat besar, namun para nelayan masih banyak yang menggunakan alat penangkapan ikan tradisional. Melalui pelatihan ini, kami dorong para nelayan agar dapat meningkatkan produksi dengan inovasi alat penangkapan ikan berupa bubu lipat," kata Direktur Perizinan dan Kenelayanan KKP Ridwan Mulyana dalam siaran pers, Minggu.

Menurut dia, pelatihan inovasi bubu lipat merupakan pembinaan dan pemberdayaan nelayan yang selaras dengan pembangunan fisik dan pengoptimalan fasilitas di SKPT Natuna yang telah dimulai sejak  2015.

Baca juga: Sentra kelautan perikanan Natuna perlu penguatan digitalisasi

Perairan Natuna masuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 711 yang memiliki potensi perikanan sebesar 767.126 ton berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPPNRI.

"Dengan mengenalkan teknologi alat penangkapan ikan hasil inovasi perekayasaan BBPI (Balai Besar Penangkapan Ikan) Semarang, kami juga berharap pendapatan para nelayan dapat meningkat seiring meningkatnya jumlah tangkapan nelayan," papar Ridwan.

Perekayasa Muda BBPI Semarang, Yazid Zaini yang menjadi instruktur pelatihan alat penangkapan ikan bubu lipat menjelaskan penggunaan bubu lipat ini sangat mudah pengoperasiannya.

Baca juga: KKP sebut UU Cipta Kerja permudah nelayan melaut

Selain ringkas dan tidak memerlukan banyak tempat di atas kapal ikan, lanjutnya, juga kuat dan tahan lama.

"Secara teknis bubu lipat ini membutuhkan material sederhana berupa besi galvanis, kawat dan tali berjenis Polyethylene (PE) dan Polyamide (PA) beragam ukuran. Cara merakitnya pun mudah. Kami bawa enam unit dari Semarang sebagai contoh dalam pelatihan ini," jelasnya.

Ia menambahkan teknologi bubu lipat ini juga disesuaikan dengan karakteristik perairan di Natuna. Selain membuatnya yang mudah, penggunaannya pun juga tidak sulit.

Para nelayan, masih menurut dia, cukup menentukan lokasi penempatan bubu dengan bantuan fish finder untuk menemukan keberadaan ikan, setelah itu mencari dan melawan arah arus air dilanjutkan dengan menebar bubu.

Selain pelatihan alat penangkapan ikan bubu lipat, para nelayan juga diberikan pembekalan perbaikan mesin kapal perikanan dan pemeliharaan kapal perikanan berbahan fiberglass, serta juga diajak untuk mengaplikasikannya secara langsung di perairan Natuna.

Pembangunan SKPT Natuna terus diupayakan untuk menggenjot perekonomian dan menjadi pertumbuhan baru di wilayah perbatasan. Selain fasilitas fisik, SKPT Natuna menyediakan dua fasilitas layanan secara terpadu untuk penerbitan persetujuan berlayar, laik operasi kapal, karantina ikan dan lainnya, termasuk fasilitas pemasaran ikan di Tempat Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Selat Lampa.

Pemerintah pusat dan daerah juga terus bersinergi agar kapal perikanan yang melakukan penangkapan ikan di WPPNRI 711 mendaratkan ikannya di SKPT Natuna. Saat ini KKP juga tengah membangun pasar ikan di Kota Ranai Natuna, yang mendapatkan dukungan pembiayaan melalui dana hibah langsung Pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia, melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020