Bogor (ANTARA) - Lumbung Pangan Indonesia (FOI) mengajak semua pihak untuk bersama-sama berkontribusi mengatasi kelaparan yang masih ditemukan pada balita guna mewujudkan balita sehat dan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Pendiri FOI, Hendro Utomo melalui pernyataan tertulisnya, Jumat, mengatakan FOI mengajak kaum ibu dan pendidik pada pendidikan anak usia dini (PAUD) untuk bersama-sama mengampanyekan pemenuhan pangan bergizi untuk membebaskan balita dari kelaparan melalui aksi "1000 Bunda untuk Indonesia".

Menurut Hendro, saat ini ada sekitar 5.800 Bunda yang bergerak bersama FOI membuka akses pangan bagi sekitar 52.000 anak untuk bersama-sama memerangi kelaparan pada balita.

Baca juga: KPPPA-FOI ajak masyarakat merdekakan anak dari kelaparan

Baca juga: FOI bagikan 1.000 paket Ramadhan di Cilincing Jakarta Utara


"Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengatasi kelaparan pada balita untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang lebih baik," katanya.

Kelaparan yang dimaksud adalah kondisi perut anak yang kosong atau mempunyai sedikit uang jajan. Kondisi kelaparan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan masalah gizi kurang. "Kondisi ini terjadi karena kemiskinan atau kurangnya pengetahuan orang tua," tuturnya.

Hendro berharap kampanye dan aksi ini dapat menginspirasi semua pihak untuk turut berkolaborasi sesuai bidangnya masing-masing demi mendukung balita sehat sebagai generasi mendatang yang berkualitas.

FOI bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada (FTP UGM) Yogyakarta menyelenggarakan webinar: "Cegah Kelaparan Balita di Negeri Bahari: Aksi Nyata di Hari Pangan se-Dunia 2020", pada Kamis (15/10).

Kegiatan rembug pangan Indonesia yang diselenggarakan secara virtual ini dibuka oleh Wakil Rektor UGM Yogyakarta Ika Dewa Ana, mewakili Rektor UGM.

Menurut Ika Dewi Ana, di Indonesia masih ditemukan adanya balita kelaparan yang dalam jangka panjang dapat mempengaruhi pertumbuhan, seperti stunting.

Ika Dewi Ana juga melihat ada kebiasaan anak jajan yang menjadikan kurang baik bagi pertumbuhan serta kurang menghargai pangan lokal dan pangan bergizi.

Baca juga: Hari Pangan Sedunia, peran penting perempuan untuk ketahanan pangan

Pada momentum Hari Pangan se-Dunia tahun 2020, kata dia, UGM ingin memetakan kembali apa yang dapat dilakukan bersama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk persoalan pangan pada balita.

Menurut dia, aksi nyata ini tidak bisa dilakukan sendirian, tapi harus bersama-sama dengan melibatkan masyarakat, industri, pemerintah, serta semua pihak terkait, guna mengupayakan agar Indonesia menjadi maju, sejahtera, dan tangguh.

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Eni Harmayani mengatakan balita adalah aset masa depan bangsa, sehingga kualitasnya perlu menjadi perhatian semua pihak sedini mungkin. "Kita tidak ingin meninggalkan generasi penerus yang lemah," ucapnya.

Menurut dia, melalui webinar ini diharapkan dapat memperoleh masukan yang baik untuk menyiapkan generasi muda yang berkualitas serta memiliki karakter manusia unggul.

Ketua Yayasan FOI, Wida Septarina menuturkan pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Berdasarkan Indeks Kelaparan Global tahun 2019 (GHI Index), Indonesia masih menghadapi masalah kelaparan yang serius.

Sedangkan, hasil survei FOI di daerah menyimpulkan masih ada sekitar 28 persen balita kelaparan, yakni yang pergi ke sekolah atau PAUD dalam kondisi perut kosong.

Baca juga: Gerakan Peduli Pangan gunakan bahan petani lokal bantu masyarakat

Baca juga: Masakan tradisional Indonesia berpotensi sebagai kuliner internasional

Baca juga: Hari Pangan, Peneliti: Momentum evaluasi kebijakan ketahanan pangan


Menurut dia, dalam keluarga anak adalah kelompok paling rentan dalam distribusi makanan. "Asupan makanan anak yang bergizi tergantung pada orang tua dan kebutuhan ini sering tergeser oleh kebutuhan keluarga yang lain," katanya.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020