London (ANTARA) - Diaspora Indonesia para akademisi dan peneliti yang bergelut di bidang riset farmasi dan keilmuan lainnya di Inggris, menyatakan siap bersinergi dengan Pemerintah untuk mengembangkan berbagai hilirisasi produk hasil riset sehingga dapat membawa manfaat bagi rakyat Indonesia.

“Kami sampaikan kepada Menteri BUMN Erick Thohir tentang hasil riset diaspora Indonesia di Inggris di institusi para diaspora berkarya, sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia,” kata Asisten Profesor Teknik Kimia dan Lingkungan Universitas Nottingham ​​​​DR. Bagus Muljadi, kepada Antara London, Rabu.

Menteri BUMN Erick Thohir bersama Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi  serta Sekjen Kemenkes dalam kunjungan kerja ke Inggris pada 12-15 Oktober 2020, secara khusus bertemu dengan sejumlah diaspora Indonesia di KBRI London.

Selain Bagus Muljadi pertemuan itu juga dihadiri Dr. Eric Daniel Tenda kandidat Ph.D pada Imperial College London, dan Indra Rudiansyah, peneliti vaksin COVID-19 dari Universitas Oxford yang mewakili diaspora ilmuwan di UK.

Pada kesempatan itu, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan kesiapan BUMN bersinergi dengan komunitas riset dan akademisi di tanah air maupun di manca negara dan akan mendukung produksi/hilirisasi hasil riset tersebut sehingga menjadi barang jadi yang bisa membawa manfaat untuk rakyat.
Baca juga: Menlu sampaikan kekhawatiran atas kebijakan "due diligence" Inggris
Baca juga: Indonesia amankan 100 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca


Menurut Bagus Mulyadi yang juga sebagai Direktur Kemitraan Pelatihan Doktor Indonesia dan koordinator Konsorsium Inggris-Indonesia untuk Ilmu Interdisipliner (UKICIS) itu, jika teknologi terbaru tentang pengadaan vaksin masa depan bisa dikembangkan, maka Indonesia akan memegang lisensi untuk memproduksinya.

“Kita bisa dan harus berdikari dalam bidang farmasi,” ujar DR Bagus yang sejak 2017 juga menjadi asisten Profesor di Virginia Tech, Amerika Serikat itu.

Ia pun merasa bersyukur Menteri BUMN Erick Thohir memberikan respon yang cepat soal sinergi riset dengan para diaspora tersebut, apalagi Kementerian BUMN sangat mengukung hasil-hasil riset baik dari akademisi di dalam negeri maupun tingkat internasional.

Selain itu, diketahui bahwa Badan Pemeriksa Keuangan juga telah aktif dalam implementasi, mitigasi dan pengendalian resiko dari kebijakan pemerintah dalam melawan pandemi COVID-19.

“Di sinilah juga perlu kami garis bawahi, peran dari akademisi Indonesia untuk turut menjembatani dialog dan sinergi antara instansi pemerintah dalam menangani COVID-19,” ujar Bagus, penerima gelar MSc dan PhD dalam Mekanika Terapan dari National Taiwan University tahun 2008, dan 2012.

Dikatakannya ilmuwan harus dapat mengkomunikasikan secara efektif hasil risetnya kepada pemangku kebijakan dan kepentingan yang lebih luas agar tidak sekedar menjadi bagian dari jurnal ilmiah, namun membawa perubahan lewat kebijakan baru yang membawa manfaat nyata bagi rakyat.

Bagus yang pada tahun 2006 menerima gelar sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia memiliki keahlian dalam multidisiplin menghasilkan publikasi dan hibah berdampak tinggi di bidang ilmu bumi, matematika terapan, bioteknologi, dan ilmu komputer.

Dia ikut mengelola lebih dari 10 juta poundsterling  dana penelitian dan membimbing dua peneliti postdoctoral dan lima mahasiswa PhD dan pada 2019, ia diakui sebagai akademisi internasional dengan kontribusi luar biasa.
Baca juga: Erick: Inggris apresiasi Indonesia mampu tekan dampak COVID
Baca juga: Pemerintah pesan 50 juta vaksin COVID-19 buatan Inggris


Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020