Investor begitu optimistis setelah virus COVID-19 ini berakhir, wisatawan luar negeri bakal berbondong-bondong kembali datang ke Kepri untuk berwisata, umumnya mereka mencari destinasi yang baru.
Batam (ANTARA) - Pandemi COVID-19 tidak menyurutkan minat investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), daerah dengan kunjungan wisatawan mancanegara terbesar kedua di Indonesia setelah Bali.

Investor begitu optimistis setelah virus COVID-19 ini berakhir, wisatawan luar negeri bakal berbondong-bondong kembali datang ke Kepri untuk berwisata, umumnya mereka mencari destinasi yang baru.

Ketika momen itu tiba, Kepri secara umum tentu sudah sangat siap untuk memanjakan turis asing dengan sejuta pengalaman wisata yang menarik dan tentunya kekinian.

Investor dalam negeri PT Angkasa Wijaya Group (AWG) setidaknya telah menyiapkan modal senilai Rp1,2 triliun  untuk menyulap salah satu pulau di Kepri menjadi primadona pariwisata kelas dunia, yaitu Pulau Katang, sebuah pulau kosong yang berlokasi di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.

Pada hari Jumat (9/10), rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dipimpin Direktur Pemasaran Pariwisata Regional, Vinsensius Jemadu didampingi Direktur PT Angkasa Wijaya, Wagianto Angkasa Wijaya, Kepala Dinas Pariwisata Lingga, Raja Fakhrurrazi, beserta sejumlah awak media berkesempatan memijakkan kaki ke pulau tersebut.

Rombongan berangkat dari Pelabuhan Cakang, Kota Batam, menuju Pulau Katang, Lingga, menggunakan speed boat carter dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Baca juga: Pameran pariwisata virtual terbesar bakal digelar 7-15 November 2020

Sesampainya di dermaga berbahan kayu di pulau tersebut, rombongan disambut dengan pengalungan bunga berikut pertunjukkan pencak silat dan tarian persembahan sebagai ciri khas budaya masyarakat Melayu di daerah setempat.

Tampak Pulau Katung memang begitu eksotis, hamparan pasir putih dipadu laut yang jernih sungguh elok dipandang mata.

Di Pulau seluas 73 hektare itu pun diklaim terdapat terumbu karang yang melimpah, ditambah beragam satwa laut hingga spot menyelam dan memancing yang sangat menarik buat dikunjungi wisatawan.

"Saat pertama kali mendarat di sini, kami takjub luar biasa, ikan berenang bisa dilihat secara kasat mata, dan kami jatuh cinta dengan pulau ini," kata Wagianto Wijaya.

Setelah dicek dan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Lingga serta tokoh masyarakat setempat, akhirnya PT Angkasa Wijaya memutuskan membeli pulau itu untuk kemudian dikembangkan sebagai destinasi wisata baru khususnya di Lingga, dan Kepri pada umumnya.

Baca juga: Kemenparekraf dorong promosikan wisata alam di Nusa Penida

Pulau Katung dari sisi pariwisata sangat diuntungkan, meskipun masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Lingga, namun secara geografis sangat dekat dengan Kota Batam, yang notabane-nya menjadi pintu masuk wisman terbesar di Kepri, terutama dari Malaysia dan Singapura.

"Maka itu, Singapura dan Malaysia menjadi target market kami di sini. Apalagi jarak kedua negara dengan Kepri sangat dekat, hanya sekitar 1 sampai 2 jam menggunakan transportasi laut," imbuhnya.

Kearifan lokal
Rombongan Kementerian Pariwisata menikmati pertunjukan kesenian bela diri saat berada di Dermaga Pulau Katung, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. ANTARA/Ogen/am.

Wagianto sangat percaya diri kalau Pulau Katang di Lingga jadi gerbang wisata baru di Kepri, karena selama ini daerah pendongkrak kunjungan wisata terbesar Kepri hanya Kota Batam dan Kabupaten Bintan.

Untuk tahap awal ini pihaknya mengucurkan Rp600 miliar untuk membangun sarana dan prasarana yang terdiri dari 105 resort, meliputi 10 private dan 95 publik dengan kisaran harga Rp5 juta hingga Rp25 juta, kemudian ada klub, restoran, dan pusat kebugaran.

Desain bangunan resor akan mengadopsi tema klasik yang bersinggungan dengan ciri khas budaya Melayu Kepri, seperti tanjak (topi melayu) dan gonggong (makanan laut) agar lebih ikonik dan unik, sehingga lebih menarik minat para wisatawan asing.

"Pembangunan tahap pertama ini ditargetkan selesai dalam dua tahun ke depan, dan langsung beroperasi," tuturnya.

Baca juga: Kemenparekraf dukung inovasi tur virtual untuk promosikan pariwisata

Dalam perjalanan nanti, pihak pengelola akan melibatkan masyarakat tempatan sebagai pekerja maupun penyuplai makanan laut (nelayan).

Kemudian tidak kalah penting ialah mengangkat kultur budaya daerah, contohnya tari-tarian.

"Kami siap berkolaborasi dengan warga lokal dalam hal mendorong pariwisata Pulau Katang agar mendunia," ucap Wagianto

Dari segi transportasi, PT AWG sejauh ini sudah menyiapkan tiga kapal wisata Katang Lingga yang nantinya akan digunakan untuk antar dan jemput wisatawan dari Pulau Benan, Lingga. Jarak kedua pulau ini hanya sekitar 10 menit dengan menggunakan transportasi laut.

"Kapal reguler dari Batam dan Tanjungpinang menuju Kabupaten Lingga ada setiap hari. Kapal itu singgah ke Pulau Benan, nantinya wisman tingga menunggu di sana, kami siap antar dan jemput" imbuhnya.

Untuk listrik di Pulau Katang, bakal menggunakan mesin genset. Untuk limbah industri dan wisata PT AWG menggunakan teknologi dari Jerman.

Pihaknya juga berencana dalam enam bulan ke depan akan membuat film di Pulau Katung sebagai sarana promosi ke luar negeri bahkan hingga ke China, Korea, dan Eropa.

Tur sejarah
Foto bersama rombongan Kemenpar dan pengelola Dermaga di Pulau Katung, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. ANTARA/Ogen/am.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga, Raja Fakhrurrazi menganalogikan Pulau Katang sama halnya dengan Batam yang mula dibangun pada tahun 1980-an dan kawasan wisata Lagoi di Bintan yang mula dibangun pada 1990-an.

"Dulunya juga kosong, sama seperti Pulau Katang hari ini. Tapi lihat sekarang Batam dan Lagoi, sama-sama sudah berkembang," kata Raja Fakhrurrazi.

Baca juga: NTT rancang desain pariwisata Flores untuk dipasarkan 2021

Karena itu dia optimis Pulau Katang di masa hadapan bakal menjadi gerbang wisata di Lingga, bahkan akan lebih hebat dari Lagoi.

Dia pun mengajak PT AWG menjual paket tur sejarah karena Lingga dulunya merupakan pusat kerajaan Riau, Lingga, hingga Pahang, Malaysia.

Apalagi daerah itu memiliki setidaknya 604 pulau yang berpotensi dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata.

Lingga pun mempunyai gunung daek, 13 sumber mata air terjun, bahkan Lingga menjadi poros ekonomk Kepri, karena untuk wilayah Batam, Bintan, Batam, dan Tanjungpinang sudah tidak ada air.

"Lingga pun ada istana peninggalan masa kerajaan Riau-Lingga, hingga air terjun yang tidak dimiliki daerah lain," paparnya.

Dia turut berharap ke depan Lingga dapat dijadikan pintu kedatangan wisman luar negeri, sehingga kapal-kapal dari Malaysia maupun Singapura bisa langsung masuk ke pulau yang dijuluki Bunda Tanah Melayu tersebut.

Kalau sekarang, katanya, kapal dari Malaysia atau Singapura masuk ke Tanjungpinang (ibu kota Kepri) atau Batam terlebih dahulu. Baru, kemudian ke Lingga menggunakan kapal reguler dengan jarak tempuh 3 hingga 4 jam.

"Kalau itu terwujud, saya yakin pariwisata Lingga lebih maju, dan ekonomi masyarakat meningkat," ujarnya.

Dukungan Kemenparekraf
 
Panorama alam laut di Pulau Katung di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. ANTARA/Ogen/am.

Vinsensius Jemadu, Direktur Pemasaran Pariwisata Regional 1 (Nusantara, ASEAN, Australia dan Oceania), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyatakan selain Batam dan Bintan, Kepri masih kekurangan destinasi wisata sementara dari waktu ke waktu wisman membutuhkan sesuatu yang baru.

"Sehingga kami berpikir, Kepri butuh destinasi wisata yang baru," sebut Vinsensius.

Pada  2016, pihaknya telah membangun destinasi wisata buatan di Batam, yaitu Pulau Ranoh dan Kepri Coral. Terbukti, keduanya mampu menggaet kunjungan turis asing asal Singapura, Tiongkok, termasuk Korea.
Apalagi jika wisata buatan tersebut dibungkus dengan konsep budaya lokal melayu dan wisata alam bahari (kelautan) yang menjadi ciri khas Kepri sebagai daerah kepulauan.

"Sehingga, muncul lagi ide untuk membangun kembali wisata di pulau-pulau di Kepri, dan kebetulan ada investor PT AWG yang melihat ini sebagai peluang," ucapnya.

Vinsensius sangat mengapresiasi pihak investor yang mau berinvestasi di tengah wabah COVID-19, karena hal ini berkaitan dengan keuntungan bisnis, sementara tidak ada satu pun yang dapat memastikan kapan pandemi ini akan berakhir.

Dia menilai langkah yang diambil PT AWG berinvestasi di Pulau Katang saat ini sudah tepat, sebab tren wisata global ke depan ialah para wisatawan akan berusaha kembali ke alam dan kurang ramai.

"Pulau eksklusif seperti Pulau Katang ini adalah salah satu solusi yang bagus untuk berwisata setelah pandemi," tutur Vinsensius.

Kemenparekraf juga menegaskan siap bersinergi dan mendukung promosi Pulau Katang ke luar negeri apabila crossborder internasional sudah dibuka kembali.

Promosi yang dimaksud ialah menyasar segmen khusus komunitas menengah ke atas yang spanding (pengeluaran) lebih besar dibanding MICE tourism.

"Sesuai arahan Presiden dan Menteri Pariwisata bahwa ke depan kita lebih mengutamakan kualitas pariwisata dibanding kuantitas pariwisata itu sendiri," tegas Vinsensius.

Kemenpar berharap kehadiran wisata Pulau Katang harus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

"Tujuannya pun jelas, memberdayakan masyarakat dan pengembangan ekonomi lokal," katanya.


 

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020