Para korban harus sekali lagi mengambil sikap untuk menggambarkan kengerian yang ditimbulkan terdakwa terhadap mereka
Boston (ANTARA) - Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada Selasa meminta Mahkamah Agung untuk mengembalikan hukuman mati bagi pembom Boston Marathon Dzhokhar Tsarnaev karena membantu melakukan serangan pada 2013 yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 260 lainnya.

Departemen Kehakiman dalam petisinya ke Mahkamah Agung berpendapat bahwa pengadilan banding secara tidak benar telah membatalkan hukuman mati "dalam salah satu penuntutan terorisme terpenting dalam sejarah bangsa (Amerika Serikat)."

Pengadilan banding federal pada Juli membatalkan hukuman mati Tsarnaev, dengan menyimpulkan bahwa hakim pengadilan "gagal" dalam melakukan proses pemilihan juri dan menyaring juri untuk adanya kemungkinan bias setelah publikasi praperadilan.

Baca juga: Pelaku bom Maraton Boston meminta maaf
Baca juga: Bom Maraton Boston akan difilmkan


Departemen Kehakiman pun berpendapat bahwa dengan melakukan hal itu, pengadilan banding telah "menyangkal pengadilan distrik memiliki kewenangan luas untuk mengelola pemilihan juri" yang diberikan oleh preseden Mahkamah Agung.

Departemen tersebut juga mengatakan bahwa jika putusan pengadilan banding tetap berlaku, maka seluruh kasus harus dibuka kembali.

"Para korban harus sekali lagi mengambil sikap untuk menggambarkan kengerian yang ditimbulkan terdakwa terhadap mereka," demikian bunyi petisi dari Departemen Kehakiman AS.

Sementara pengacara Tsarnaev, David Patton, belum menjawab permintaan komentar.

Sikap para korban serangan bom Boston Marathon terpecah-belah mengenai tuntutan hukuman mati terhadap Tsarnaev. Patton sebelumnya berpendapat bahwa jaksa penuntut harus mengizinkan "penutupan" dengan memberikan hukuman penjara seumur hidup.

Tsarnaev, 27, dan kakak laki-lakinya, Tamerlan, memicu kepanikan selama lima hari di kota Boston pada 15 April 2013, ketika mereka meledakkan dua bom panci buatan sendiri di garis akhir lomba lari marathon dan kemudian mencoba melarikan diri dari kota itu.

Pada hari-hari berikutnya, mereka juga membunuh seorang petugas polisi. Namun, Tamerlan tewas setelah peristiwa baku tembak dengan polisi.

Juri federal pada 2015 memutuskan Tsarnaev bersalah atas semua 30 dakwaan yang dia hadapi dan kemudian memutuskan bahwa dia pantas dieksekusi atas tindakan serangan bom yang menewaskan Martin Richard yang berusia 8 tahun dan siswa pertukaran China berusia 23 tahun bernama Lingzi Lu.

Manajer restoran Krystle Campbell, 29, juga tewas dalam peristiwa ledakan bom Boston Marathon.

Sumber: Reuters

Baca juga: Pengebom Maraton Boston menang banding atas hukuman mati
Baca juga: Boston Marathon dibatalkan karena COVID-19

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020