Kita punya tantangan yang besar dalam melakukan restorasi lahan gambut dan diharapkan melalui diskusi para akademisi dan praktisi mencari tahu pemanfaatan keilmuan dan teknologi untuk mengembangkan fungsi hidrologis dalam lanskap.
Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) mengajak akademisi dan praktisi untuk menemukan titik temu, pengetahuan, dan teknologi guna menuju kondisi ideal hidrologis di lanskap gambut.

"Kita punya tantangan yang besar dalam melakukan restorasi lahan gambut dan diharapkan melalui diskusi para akademisi dan praktisi mencari tahu pemanfaatan keilmuan dan teknologi untuk mengembangkan fungsi hidrologis dalam lanskap," ujar Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan BRG, Haris Gunawan di Jakarta, Kamis, dalam Diskusi Ilmiah Sains Hidrologi untuk Pengelolaan dan Restorasi Permanen Lanskap Ekosistem Gambut Tantangan Pembasahan Gambut di Tapak.

Director Hokkaido Institute of Hydro-Climate, Japan, Prof Hidenori Tokahashi dalam paparannya menyebut penurunan lapisan utama dari gambut dari tahun ke tahun.

Baca juga: KLHK tetapkan luasan PIPPIB hutan alam dan gambut jadi 66,27 juta ha

Melalui monitoring satelit, dia memantau kondisi titik panas di Kalimantan Tengah. "Meski begitu, area yang dipantau tersebut memiliki indeks air yang tinggi," ucap dia.

Hidenori mengatakan tingginya ground level air penting bagi memotong dekomposisi lahan gambut untuk itu diperlukan manajemen konservasi.

Environmental coexistent Center for SEA Studies, Kyoto University, Prof Osamu Kozan menyatakan restorasi sangat sulit dan dibutuhkan manajemen lahan dan sistem penanaman yang prima sehingga diperlukan dua hal penting bagi proses restorasi lahan gambut.

"Langkah pertama yaitu manajemen air, kedua yaitu rencana pembudidayaan tanaman spesies asli dan manajemen lahan," katanya.

Baca juga: BRG ajak pemerintah desa jaga infrastruktur pembasahan gambut

Menurut dia, masalah utama dari kondisi hidrologis tanah gambut tropis yaitu kesuburan dan proses hidrologis.

Persoalan lain bagi penelitian di lahan gambut yaitu masalah kurangnya data mengenai kondisi lahan dan akurasi prakiraan cuaca.

Untuk itu, dia menyarankan  pengembangan konsep restorasi, tidak hanya pembasahan kembali, penanaman kembali, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di area gambut, namun juga mengembalikan hak tanah.

Sementara itu, Kasubpokja Wilayah Sumatera Kedeputian Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG, Soesilo Indrarto menyebutkan mengenai kanal blocking yang dibangun dari area teratas gambut ke area terendah.

Menurut dia, meskipun saat ini kanal blocking efektif, masih terdapat beberapa kekurangan.
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020