Semarang (ANTARA NEWS) - Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) pernah hidup di Pulau Jawa dan secara resmi dinyatakan punah sekitar 1980-an karena diburu manusia dan oleh menyempitnya habitat hidup binatang itu menyusul eksploitasi lahan untuk pertanian.

Namun, berdasarkan sejumlah informasi warga sekitar hutan lindung, binatang itu mungkin malah belum punah.

Pada 1985 misalnya, ada catatan bahwa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, seekor harimau yang disebut "macan gembong" oleh warga daerah itu, mati ditembak setelah menerkam seorang warga.

Dari penelusuran internet, Harimau Jawa dinyatakan punah pada 1980-an. Kabar lain menyebutkan, harimau berbulu garis kuning dan hitam itu punah sekitar 1950-an, dengan perkiraan yang hidup sebelumnya 25 ekor. Pada 1940-an Harimau Jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil.

Berbagai usaha dilakukan untuk menyelamatkan harimau ini, diantaranya dengan membuka beberapa taman nasional. Tetapi, areal taman terlalu sempit bagi harimau. Selain itu, mangsanya juga terlalu sedikit.

Pada 1950-an, ada 13 ekor Harimau Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Sekitar sepuluh tahun kemudian angka itu menyusut, sampai kemudian pada 1972 jumlahnya menyusut tinggal tujuh ekor di Taman Nasional Meru Betiri.

Meskipun taman nasional dilindungi, warga tetap membuka lahan pertanian sehingga Harimau Jawa tetap saja terancam, hingga kemudian muncul keyakinan bahwa hewan langka ini punah pada 1980-an.

Namun, sejumlah warga sekitar Gunung Kotak, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, akhir-akhir ini justru mempercayai Harimau Jawa masih berkeliaran di kawasan perbatasan daerah itu dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Pomo (55), warga Dukuh Growong, Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, bahkan mengaku melihat bekas telapak kaki harimau yang diduga Harimau Jawa, sekitar Desember 2009.

Menurut Pomo, masyarakat yakin harimau itu ada, meskipun mereka jarang melihatnya langsung.

Seluruhnya ada sepuluh desa di Kecamatan Kismantoro, daerah di mana Pomo tinggal. Kesepuluhnya adalah Kismantoro, Gedawung, Gambiranom, Gesing, Lemahbang, Miri, Pucung, Plosorejo, Bugelan, dan Ngroto.

Posisi geografi Kismantoro terbilang kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Wonogiri karena sebagian besar merupakan pegunungan kapur yang hampir tandus.

Sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani tradisional, lainnya merantau bekerja sebagai penjual bakso, mie ayam, dan jamu, sedangkan segelintir lainnya sukses menduduki jabatan penting di instansi pemerintah dan swasta.

Letak wilayah terpencil ini sekitar 53 kilometer dari ibukota Kabupaten Wonogiri.

Di timur, berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, di selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Slogohimo, sementara di utara bertepian dengan Kecamatan Purwantoro.

Melihat harimau

Wilayah yang berada di ketinggian 500 hingga 650 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki hutan lindung yang jarang dijamah manusia, sementara sebagian wilayah hutannya dikelola Perum Perhutani.

Warga sekitar menduga, di kawasan hutan terpencil inilah Harimau Jawa masih berkeliaran, kendati warga mengaku sulit sekali menemukan Harimau Jawa.

Pomo meyakini, Gunung Kotak yang hanya satu kilometer dari tempat tinggalnya dan lima kilometer dari Kantor Kecamatan Kismantoro, telah menjadi sarang Harimau Jawa.

"Saya bersama istri, saat pulang dari warung di Desa Ploso pada bulan Desember 2009 menemukan telapak kaki harimau berukuran besar yang diduga Harimau Jawa," katanya.

Selain itu, seorang warga pernah menemukan kotoran harimau di sekitar Gua Watu Ondo yang terletak di kawasan lebih tinggi dari pedukuhan itu.

Menurutnya, hingga kini dua jenis harimau yakni macan tutul dan gembong, hidup di Gunung Kotak. Bahkan, macan tutul masih sering terlihat berkeliaran di pedukuhan itu.

"Warga masih sering melihat macan tutul, namun jarang melihat langsung Harimau Jawa," katanya.

Harimau itu, katanya, tidak pernah mengganggu warga setempat.

Sementara itu, warga lainnya, Yanto (35), menyatakan Harimau Jawa di kawasannya sudah sulit ditemukan meskipun warga yakin jenis harimau itu masih ada di daerahnya itu.

Menurutnya, beberapa bulan lalu, sejumlah warga pernah melihat langsung seekor harimau bersama tiga anaknya.

"Warga sering mencari rumput untuk ternaknya di sekitar Gunung Kotak dan melihat harimau. Tapi tidak jelas, harimau itu jenis apa," katanya.

Kepala Lingkungan Mijil, Kelurahan Kismantoro, Tarto, hakul yakin beberapa ekor harimau hidup di kawasan Gunung Kotak.

Dia mengaku, warga memang sering menjumpai Macan Tutul, tetapi sulit menemukan Harimau Jawa. Namun warga yang tinggal di sekitar Hutan Gombang di Gunung Kotak tetap meyakini Harimau Jawa masih hidup.

Edy Sutarmun, warga Dusun Kopen, Kecamatan Kismantoro, mengisahkan penelusurannya mengenai keberadaan Harimau Jawa di kawasan Gua Watu Ondo di Gunung Kotak yang diperkirakan menjadi sarang harimau itu.

Sebulan sebelum bulan Sura lalu, Edy menemukan jejak kaki harimau dan kotorannya di sekitar Gua Watu Ondo.

Seekor mati

Pada 1985, seekor Harimau Jawa mati ditembak aparat kecamatan setelah menerkam seorang warga yang sedang mencari rumput dekat Gua Watu Ondo. Sejak peristiwa ini Harimau Jawa tak pernah muncul lagi di kawasan Gunung Kotak.

Edy yang mengaku pertama kali melihat dan memegang bulu Harimau Jawa saat ditembak mati pada 1985 ini yakin, Harimau Jawa telah pindah sarang, tapi masih di lingkungan sekitar Gunung Kotak.

Dia mengisahkan, seekor harimau telah menyerang Soimin, warga setempat yang sedang mencari rumput dekat gua. Saat itu, bersama temannya, setelah salat subuh, Soimin berangkat mencari rumput dekat gua.

Mereka membuat api unggun yang jaraknya 20 meter dari gua untuk menghangatkan badannya.

Saat Soimin berjalan melewati mulut gua, seekor harimau menerkamnya. Temannya, yang dalam keadaan luka berteriak-teriak dan berlari meninggalkan tempat itu. Warga kemudian menemukannya dan membawanya ke puskesmas setempat untuk dirawat.

Aparat Muspika setempat berhasil memburu harimau itu dan menembak mati, untuk selanjutnya menggotong binatang itu menuju kantor kecamatan.

Namun, menurut Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilayah Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Roby, Harimau Jawa tidak mengganggu manusia.

Harimau itu memang sulit ditemukan, tetapi dari pengakuan warga sekitar hutan Wonogiri, binatang itu diduga masih hidup. Sejumlah warga justru mengaku pernah menemukan jejak telapak kaki harimau dan kotorannya, sedangkan yang lain mengaku melihat harimau turun gunung.

Namun karena tidak pernah mengganggu manusia, warga tidak pernah memburu harimau-harimau itu.

Luas hutan di bawah pengelolaan Perhutani BKPH Purwantoro mencapai 4.800 hektar, mencakup Kecamatan Kismantoro, Purwantoro, Slogoimo, dan Jatiroto. Hutan lindung ini diyakini sebagai tempat tinggal harimau.

Namun, petugas Perhutani yang rutin setiap tiga bulan melaporkan tugasnya ke Perhutani setempat, tidak pernah menyebutkan ada Harimau Jawa di daerahnya.

"Petugas di lapangan hanya melaporkan hewan yang sering ditemui di hutan Wonogiri antara lain kera, kijang, ayam hutan, dan burung betet. Mereka tidak pernah menemukan harimau," katanya.

Penyelidikan serius

Ironisnya, warga sekitar pertapaan Girimanik, Desa Kitren, Kecamatan Slogoimo, sering melihat harimau yang diklaim sering turun jika ada warga yang membuat api unggun.

Sebaliknya, Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonogiri Budi Rusmanto menandaskan, petugas lapangan tidak pernah melaporkan temuan Harimau Jawa karena mereka memang tak pernah melihat langsung fauna itu.

Tetapi, katanya, pada 2009, petugas mendapat informasi dari warga tentang seekor harimau relatif besar yang melintasi jalan kawasan hutan yang mereka sebut Alas Kethu.

"Warga tidak tahu apakah itu macan tutul atau Harimau Jawa," katanya.

Menurutnya, Harimau Jawa diperkirakan masih ada di kawasan itu, meskipun sulit ditemukan.

Dari kesaksian dan fakta-fakta itu, klaim punahnya Harimau Jawa tampaknya masih menjadi teka-teki.

Sejumlah peneliti dari berbagai organisasi pelindung binatang menyatakan bahwa Harimau Jawa punah, namun warga sekitar hutan seperti di Wonogiri menginformasikan bahwa akhir-akhir ini mereka sering menemukan jejak kaki binatang yang diduga milik Harimau Jawa.

Budi berharap, pihak berwenang menindaklanjuti informasi warga mengenai dugaan masih adanya Harimau Jawa itu, dengan menyelenggarakan penyelidikan yang serius.

"Jika betul-betul masih ada di Wonogiri, khususnya di Kismantoro, sebaiknya dilakukan penyelamatan atas harimau itu," katanya.

Kemudian, jika ternyata memang harimau itu ada, pemerintah perlu membuat taman nasional khusus Harimau Jawa di Kismantoro, demikian Budi Rusmanto. (*)

K-BDM/J006/AR09

Oleh Bambang Dwi Marwoto
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010