Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat terus diterapkan, di tengah tantangan geopolitik saat ini
Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengajak dua negara mitra ASEAN yaitu Australia dan Selandia Baru untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan.

Pesan tersebut terus disuarakan Indonesia dalam rangkaian Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) ke-53, termasuk di antaranya Pertemuan Menlu ASEAN-Australia dan Pertemuan Menlu ASEAN-Selandia Baru yang berlangsung secara virtual pada Kamis.

“Dan ini merupakan pesan utama yang disampaikan di tengah situasi rivalitas yang saat ini terjadi di dunia dan termasuk di kawasan kita,” kata Menlu Retno Marsudi mengenai pertemuan tersebut.

Secara khusus, Indonesia mengajak Australia untuk bersama-sama menjauhkan kawasan dari potensi dijadikan “panggung kontestasi geopolitik” oleh negara-negara besar.

Baca juga: ASEAN ajak Australia kedepankan multilateralisme-anti proteksionisme
Baca juga: ASEAN-Australia prihatin atas isu persenjataan Korea Utara


Sebagai negara yang telah mengaksesi Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) ASEAN pada 2005, Australia diharapkan ikut menerapkan prinsip penolakan terhadap ancaman dan penggunaan kekerasan, komitmen untuk menyelesaikan masalah dengan cara damai, serta terus mengutamakan kerja sama.

“Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat terus diterapkan, di tengah tantangan geopolitik saat ini,” ujar Retno.

Sementara dengan Selandia Baru, Indonesia menilai negara tersebut dapat memainkan peran penting untuk mendorong nilai kolaborasi, saling menghargai, dan saling percaya di kawasan.

Terkait dengan tindak lanjut ASEAN Outlook on the Indo-Pacific tahun lalu, Indonesia juga meminta Selandia Baru untuk menjembatani hubungan ASEAN dengan negara-negara di Kawasan Pasifik.

“Karena rivalitas di kawasan berpotensi berdampak pada meningkatnya tensi dan distrust,” kata Retno.

Meningkatnya tensi dan rivalitas dari negara-negara besar menjadi situasi yang dikhawatirkan oleh Indonesia, terlebih saat dunia menghadapi tantangan global pandemi COVID-19.

Sehari sebelumnya dalam pertemuan menteri luar negeri Asia Timur (EAS) ke-10, Retno secara terus terang mengungkapkan bahwa rivalitas tersebut dapat menyebabkan negara lain terjebak di tengah dan dipaksa untuk memihak.

Karena itu, prinsip-prinsip Zona Perdamaian, Kebebasan dan Netralitas (ZOPFAN) yang disepakati oleh negara-negara ASEAN serta TAC harus terus diperhatikan.

Indonesia juga menyerukan pentingnya semua pihak menghormati hukum internasional dan tidak menggunakan kekerasan, serta menyelesaikan masalah secara damai.

“Indonesia menekankan bahwa rivalitas tidak akan menguntungkan siapa pun. Indonesia justru mendorong agar energi kita difokuskan untuk meningkatkan kerja sama, termasuk melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” ujar Retno, Rabu (9/9).

Baca juga: Menlu angkat isu pengungsi Rohingya dalam pertemuan ASEAN-Australia
Baca juga: Indonesia apresiasi dukungan Australia terhadap ASEAN Outlook


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020