Jakarta (ANTARA) - Komputasi awan (cloud) makin diminati dunia usaha di Indonesia seiring meningkatnya aktivitas daring di tengah pandemi COVID-19 yang membutuhkan server lebih baik.

Adanya kebiasaan baru dari masyarakat dalam memanfaatkan layanan daring, menurut Country Leader Amazon Web Service (AWS) Gunawan Susanto, berdampak terhadap meningkatnya lalu lintas (traffic) dalam sebuah aplikasi berbasis teknologi yang juga berdampak pada kemampuan server.

Baca juga: Huawei gelar diskusi tata kelola data cloud dorong percepatan digital

Baca juga: Helios dan Nutanix kolaborasi tawarkan multi-cloud


"Dengan demand yang ada seperti ini, kami membutuhkan lebih banyak kerja sama dengan partner ekosistem di Indonesia untuk bisa memberikan pelayanan menyeluruh dan lebih sering mengedukasi market bagaimana sih penggunaan cloud yang benar. Jadi enggak sekadar pakai tapi juga bisa tepat guna teknologinya," kata Gunawan Susanto dalam jumpa pers virtual, Selasa.

Sebagai layanan yang menawarkan on-demand cloud computing (komputasi awan) platform AWS aktif memaksimalkan potensi perusahaan yang menggunakan layanannya.

AWS akan membantu pengguna untuk mengoptimalkan biaya operasional. Hal ini meliputi penyesuaian cloud server, optimisasi penyimpanan, dan rangkaian lainnya yang akan ditinjau bersama tim.

"Di semua market segment, kami bantu existing para customer di masa pandemi ini untuk bisa optimizing their cost dan staying with them untuk membuat bisnis mereka growing. Tujuannya supaya mereka bisa optimum gunakan teknologi kami," ujar Gunawan Susanto.

Fajar A Budiprasetyo selaku CTO & Co-founder HappyFresh mengatakan bahwa perusahaannya merasakan dampak lonjakan kunjungan selama masa pandemi hingga 10 kali lipat dari biasanya.

"Dengan lonjakan traffic naik ini butuh software yang scaleable. Pada saat PSBB, traffic konstan sampai 10 kali lipat," terang Fajar.

Menurut Fajar, selain elastisitas dalam mengelola traffic yang signifikan, keuntungan lain yang didapatkan dari penggunaan komputasi awan adalah penghematan biaya.

Fajar mengatakan, teknologi komputasi awan dari AWS secara berkala mengirimkan tim solutions architect yang bertugas meninjau optimalisasi penggunaan sejauh itu. Sehingga, biaya IT yang dipangkas pun dapat mencapai angka 50 hingga 60 persen.

"Salah satu keuntungan di cloud, kita punya elastisitas di mana saat demand naik signifikan, kita tinggal scale horizontal sesuai dengan kebutuhan. Jadi pada saat pandemi berakhir, kita tinggal scale down lagi supaya sesuai dengan traffic yang ada," imbuhnya.

Baca juga: Halodoc eksplorasi inovasi digital lewat teknologi AWS

Baca juga: AWS Permudah Pemanfaatan Artificial Intelligence dan Machine Learning Berbasis Cloud
​​​​​​​

Baca juga: Amazon Web Services rencanakan region baru di Indonesia

Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020