Di tengah pandemi tentu ada kekhawatiran mengenai penyebaran virus, jangan sampai ada klaster baru yang akhirnya dapat menahan laju perekonomian
Jakarta (ANTARA) - Lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyampaikan pelaksanaan sensus penduduk 2020 (SP2020) secara tatap muka harus dilakukan dengan disiplin protokol kesehatan yang tinggi agar tidak menambah klaster baru yang akhirnya mempengaruhi ekonomi nasional.

"Di tengah pandemi tentu ada kekhawatiran mengenai penyebaran virus, jangan sampai ada klaster baru yang akhirnya dapat menahan laju perekonomian," ujar peneliti Indef Rusli Abdullah ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.

Pada Agustus 2020, lanjut dia, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,05 persen dipicu oleh penurunan harga sejumlah komoditas. Kondisi itu, dapat menjadi sinyal bahwa perlambatan perekonomian Indonesia masih berlangsung.

"Maka itu, penerapan protokol kesehatan harus maksimal dalam sensus tatap muka," ucapnya.

Meski khawatir, Rusli mendukung pelaksanaan sensus penduduk mengingat data itu dapat dijadikan parameter untuk menentukan kebijakan pemerintah di berbagai bidang ke depannya.

Ia menambahkan data penduduk juga dapat menjadi penentu skala priotas bagi Indonesia yang saat ini mayoritas penduduknya Indonesia berusia produktif.

"Data sensus penduduk bagian dari investasi negara, peran dan fungsi data sangat krusial dalam pembangunan dan investasi," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 54,1 juta penduduk terdaftar pada sensus penduduk yang dilaksanakan secara online sejak 15 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020.

“Jumlah ini sangatlah besar karena setara dengan hampir dua kali lipat penduduk Australia. Sungguh merupakan capaian yang sangat menggembirakan. Mengingat, ini adalah sensus penduduk pertama yang dilakukan di Indonesia secara online," kata Kepala BPS Suhariyanto saat kick off Sensus Penduduk September 2020 secara virtual di Jakarta, Senin (1/9).

Namun, lanjut Suhariyanto, pekerjaan besar belum selesai, karena angka 51,4 juta penduduk di dalam sensus penduduk online baru setara dengan 19 persen dari total penduduk Indonesia, sehingga terdapat 81 persen penduduk Indonesia yang masih perlu dicatat keberadaannya.

Dengan demikian, mulai 1 September 2020 petugas sensus penduduk akan turun ke lapangan melakukan sensus untuk merekam data penduduk yang belum tercatat.

Baca juga: Agar terhindar COVID-19, petugas sensus terapkan protokol kesehatan

Baca juga: BPS gembira, 54,1 juta orang ikuti sensus penduduk online

Baca juga: Anggaran dipangkas, BPS antisipasi penurunan kualitas data sensus

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020