Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. M. Adib Khumaidi, Sp.OT. mengatakan durasi pandemi yang diperkirakan panjang membutuhkan langkah-langkah antisipasi hulu ke hilir termasuk untuk melindungi tenaga medis sebagai benteng terakhir melawan COVID-19.

"Indonesia masih ada permasalahan terkait infrastruktur kesehatan. Ini yang kemudian potensi risiko yang terjadi pada tenaga medis dan tenaga kesehatan akhirnya menjadi cukup tinggi," kata Waketum PB IDI Adib dalam diskusi virtual tentang SDM tangguh yang diadakan oleh RSPI Sulianti Saroso, dipantau dari Jakarta, Senin.

Menurut Adib, ada beberapa masalah dalam pandemi yang masih terjadi saat ini yaitu jumlah angka kesakitan yang terus naik dan angka penularan masih tinggi. Selain itu, jumlah angka kematian masih tinggi serta jumlah tenaga medis terkonfirmasi positif maupun meninggal karena COVID-19 yang semakin meningkat.

Baca juga: Menkes janji pemerintah terus dukung tenaga kesehatan lawan COVID-19

Data dari IDI memperlihatkan sekitar 89 dokter meninggal dunia terkonfirmasi positif COVID-19.

Hal itu, tegas dia, harus menjadi perhatian mengingat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan adanya potensi durasi pandemi COVID-19 akan panjang menimbulkan risiko tertentu.

Oleh karena itu, harus ada pembicaraan upaya hulu ke hilir dengan data, analisa, intervensi dan evaluasi untuk melindungi masyarakat sebagai garda terdepan dan tenaga medis sebagai benteng terakhir melawan COVID-19.

"Apa yang harus kita lakukan terutama adalah proses medical safety dan protection dan ini yang kemudian ada safety dan protection buat sumber daya manusianya sendiri," kata Adib.

Baca juga: Menkes beri penghargaan pada tenaga kesehatan yang gugur

Beberapa isu keamanan dan perlindungan SDM kesehatan yang harus menjadi pertimbangan adalah perlunya memetakan spesifikasi kebutuhan ke depan, beban kerja dan kesehatan, stigma dan kekerasan yang dialami tenaga medis serta kedisiplinan, kepatuhan serta meningkatkan kultur keamanan.

"Ini yang perlu kita perbaiki karena beberapa waktu terakhir ini problem terpaparnya tenaga medis, khususnya dokter dan tenaga kesehatan lain, karena permasalahan berkaitan dengan kultur safety dan mungkin diakibatkan kondisi burn out karena pandemi COVID-19 berkepanjangan sehingga perlu upaya-upaya meningkatkan semangat," kata dia.

Baca juga: Keluarga nakes yang gugur tangani COVID-19 dapat santunan Menkes
Baca juga: Wali Kota Bogor temukan siswa SMP dan SMK tidak bisa ikuti PJJ
Baca juga: Masyarakat Peduli COVID-19 Kudus pertanyakan dana penanganan corona

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020