Kudus (ANTARA) - Kondisi kawasan Pegunungan Muria Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, perlu dijaga kelestariannya agar ekosistem yang ada di dalamnya, termasuk harimau jawa tidak punah dan tetap lestari, kata Administratur KPH Pati Edrian Sunardi.

"Informasi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), di kawasan Pegunungan Muria masih ada hewan langka, seperti harimau jawa," ujarnya ditemui usai penandatanganan nota kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati di ruang Aulia Parama Satwika Polres Kudus, Selasa.

Jumlahnya, kata dia, cukup banyak sehingga perlu dukungan semua pihak untuk menjaga kelestarian alam sekitarnya.

Jika kondisi alamnya semakin lama semakin tidak terjaga, maka selain lingkungan yang rusak dan kualitas hidup yang terganggu berbagai polusi ada aspek lain yang tak kalah mengkhawatirkan yaitu keberadaan hewan-hewan langka di dalamnya juga akan punah.

Baca juga: Forum HarimauKita suarakan penyelamatan satwa dilindungi

Baca juga: Meru Betiri akan dipasang puluhan video pemantau harimau Jawa


Hewan langka tersebut dipastikan juga butuh tempat berlindung dan mendapatkan makanan agar tetap bertahan hidup di alam bebas.

Dalam rangka memastikan keberadaan hewan langka tersebut, di kawasan hutan juga dipasang kamera pengintai (trap) di sejumlah titik untuk merekam keberadaan mereka.

Untuk kepastian jumlahnya, kata Edrian, BKSDA yang mengetahui karena Perhutani hanya bertugas soal kelestarian hutannya.

Adanya kerja sama antara Perhutani dengan Polres Kudus, diharapkan akan membawa kawasan hutan di Kudus menjadi hijau dan lestari, termasuk ekosistem yang ada di dalamnya.

Keberadaan harimau jawa juga diperkuat hasil investigasi tim Pembela dan Pencari Fakta Harimau Jawa (TPPFHJ) pada 2000 yang menemukan keberadaan harimau jawa.

Pada tahun 2012, masyarakat di sekitar kawasan Pegunungan Muria, terutama di Kabupaten Kudus dan Jepara juga dilatih mengindentifikasi jejak harimau jawa untuk meminimalkan adanya serangan terhadap hewan ternak dan mencegah warga membunuh hewan langka tersebut.

Dengan adanya bekal pelatihan tersebut, masyarakat mengetahui langkan antisipasi dan pelestarian hutan beserta isinya serta bisa mengidentifikasi satwa yang pernah memangsa ternak dan mempunyai keahlian untuk melakukan antisipasi jika satwa tersebut datang untuk memangsa ternak lagi.*

Baca juga: Ada jejak-cakar macan tutul di TN Meru Betiri

Baca juga: Harimau sumatra batal dievakuasi dari vila di Bogor

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020