Kemenko Marves serius dalam penanganan sampah. Dan sesuai arahan dari Menko Marves, bahwa proses pengolahan 'refuse derived fuel' (RDF) dilakukan melalui pola kemitraan dan juga menggunakan muatan lokal.
Mataram (ANTARA) - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) siap membantu pengembangan program Jeranjang Olah Sampah Setempat (JOSS) yang dikembangkan oleh PT Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat bersama Pemerintah Provinsi NTB.

"Kemenko Marves serius dalam penanganan sampah. Dan sesuai arahan dari Menko Marves, bahwa proses pengolahan 'refuse derived fuel' (RDF) dilakukan melalui pola kemitraan dan juga menggunakan muatan lokal," kata Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti ketika mengunjungi PLTU Jeranjang di Kabupaten Lombok Barat, Selasa.

Dalam kunjungannya, Nani juga menyempatkan diri melihat langsung proses "co firing" menggunakan pelet RDF yang diproduksi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebun Kongok, Kabupaten Lombok Barat.

Dia menjelaskan masing-masing pihak memiliki peran masing masing dalam pengolahan sampah, mulai dari Kemenko Marves, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan juga dukungan dari pemerintah daerah.

“Di sini, Kemenko Marves memiliki peran untuk menyusun kebijakan, pemilihan lokasi dan implementasi RDF dan juga penyiapan pendanaan serta business process RDF itu sendiri," kata Nani.

Baca juga: DLHK NTB tawarkan perempuan Sembalun olah sampah jadi bahan bakar

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Madani Mukarom mengatakan, pihaknya mendukung penuh kerja sama dengan PLN melalui program "Waste to Energy".

Selain untuk proses co firing PLTU, kata dia, pelet dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar oven pengering tembakau dan juga bahan bakar kompor di masyarakat, selain briket.

"Potensi sampah yang bisa dipilah di TPA Kebun Kongok maksimal 100 ton per hari. Dan sebanyak 40,06 ton sampah per hari dapat diolah menjadi pelet yang menghasilkan 15 ton pelet per hari," katanya.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB, Rudi Purnomoloka menambahkan, pihaknya juga mendukung penuh penyediaan energi yang ramah lingkungan di NTB. Salah satunya dengan mengoptimalkan pemanfaatan sampah menjadi pelet RDF.

"Pelet RDF termasuk salah satu energi baru terbarukan (EBT). Target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 oleh Kementerian ESDM. Dan kami yakin, dengan dukungan dari seluruh pihak, PLN bisa mencapai target tersebut," ujarnya.

Baca juga: LIPI dan Kemenko Marves kembangkan kebun raya maritim

Melalui program(JOSS, menurut dia, sampah yang terkumpul diberikan cairan bio aktivator untuk proses peuyeumisasi. Setelah kering, sampah dimasukkan ke mesin pencacah untuk selanjutnya dibentuk menjadi pelet.

Pelet yang kering dapat langsung digunakan untuk campuran bahan bakar pembangkit listrik.

"Total potensi pelet yang bisa digunakan adalah 45 ton per hari untuk tiga unit PLTU, yaitu 3 persen dari total kebutuhan bahan bakar yang digunakan untuk proses co firing. Dan semua unit PLTU tersebut siap untuk menerima pelet yang diproduksi oleh TPA Kebun Kongok," ucap Rudi.

Baca juga: Pemprov NTB-PLN kerja sama pengolahan sampah jadi energi

Ia juga menjelaskan bahwa program "Waste to Energy" merupakan salah satu bentuk dukungan PLN untuk mewujudkan salah satu visi NTB Gemilang, yaitu "NTB Asri dan Lestari".

Sebelumnya, Nani beserta Sekretaris Daerah Provinsi NTB, Lalu Gita Aryadi menyaksikan penyerahan bantuan berupa dua buah incinerator dari PT TPE. Bantuan diserahkan langsung kepada Kepala Dinas LHK NTB, Madani Mukarom, untuk membantu proses pengelolaan sampah di TPA Kebon Kongok.

Pewarta: Awaludin
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020