Jambi (ANTARA News) - Administrasi Pelabuhan (Adpel) Kualatungkal, Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar), Jambi, saat ini memberlakukan larangan melaut bagi para nelayan khususnya yang menggunakan kapal kecil.

Dihubungi di Kualatungkal, ibukota Kabupaten Tanjabbar, Jumat, Kepala Adpel Kualatungkal, Rizalihadi mengatakan, berdasakan pantauan, ombak di perairan pantai timur Jambi saat ini mencapai 1,5 hingga 2 meter, sehingga sangat membahayakan aktivitas pelayaran di laut.

"Larangan melaut bagi nelayan sudah beberapa kali diberlakukan sejak bulan November lalu. Jika kondisi air laut normal larangan kami cabut," ujarnya.

Sementara saat ini larangan melaut kembali dilakukan dan telah berlaku sejak seminggu yang lalu, mengingat tingginya curah hujan dan gelombang tinggi antara 1,5-2 meter lebih.

"Jika kondisi gelombang setinggi itu, sangat berbahaya bagi nelayan, khususnya yang menggunakan kapal kecil," katanya.

Bahkan, kata dia, tidak hanya kapal kecil yang dikenakan larangan berlayar. Kapal jenis besar seperti tongkang juga dikenakan larangan melaut di perairan laut lepas. Jika ingin tetap berlayar dan membawa penumpang maka salah satu carannya adalah harus menyusuri pantai.

Rizalihadi menyebutkan, larangan diberikan pada kapal besar angkutan manusia maupun barang saat melintas di perairan laut lepas. Namun, jika pelayaran dilakukan dengan cara menyisir pantai maka masih diperbolehkan, katanya.

"Saat ini kegiatan pelayaran penumpang ke Batam masih dilakukan. Namun, tidak melalui jalur laut lepas seperti biasa. Karena untuk perairan di Riau saat ini diperkirakan bisa mencapai 2,5 meter," tuturnya.

Rizalihadi mengaku larangan berlayar ini belum bisa diketahui sampai kapan, mengingat kondisi cuaca laut masih belum menentu.

Sementara itu, Bujang (30), salah seorang nelayan di Kualatungkal mengaku sudah seminggu lebih dirinya bersama nelayan lainnya tidak melaut. Hal itu disebabkan tingginya curah hujan dan gelombang dilautan.

"Jika gelombang dan hujan tinggi ikan juga jarang, selain itu kami juga takut terjadi sesuatu saat melaut. Kami memilih tidak melaut dan sementara mengerjakan pekerjaan lain seperti memperbaiki sarana jaring ikan dan perahu," tutur Bujang.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009