Beirut (ANTARA) - Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan keadaan darurat harus diumumkan di Beirut selama dua minggu setelah ledakan besar terjadi di ibukota pada Selasa, (4/8), waktu setempat.

Presiden Aoun menyerukan pertemuan kabinet darurat pada hari ini, Rabu, (5/8).

Aoun, dalam sambutannya yang dipublikasikan di akun Twitter Kepresidenan, mengatakan "tidak dapat diterima" bahwa 2.750 ton amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun tanpa langkah-langkah keamanan.

Ia bersumpah bahwa mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi "hukuman paling keras".

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut ledakan dahsyat yang mengguncang Ibu Kota Beirut "tampak seperti serangan yang mengerikan," menunjukkan bahwa peristiwa itu adalah pemboman, bukan kecelakaan.

Ditanya oleh seorang reporter di Gedung Putih, Selasa (4/8), mengenai penilaiannya bahwa ledakan itu adalah serangan dan bukan kecelakaan, Trump mengatakan "tampaknya seperti itu berdasarkan ledakan".

"Saya bertemu dengan beberapa jenderal besar kita, dan mereka sepertinya merasa begitu. Ini bukan semacam jenis ledakan manufaktur," kata Trump.

"Mereka akan lebih paham daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan, itu semacam bom," ia melanjutkan.

Pihak berwenang Lebanon mengatakan kebakaran di sebuah gudang yang berisi bahan peledak di Pelabuhan Beirut menyebabkan ledakan besar, yang meratakan bangunan tiga lantai dan terdengar di seluruh kota dan pinggirannya.

Trump menyampaikan simpati terdalam AS kepada rakyat Lebanon, yang berdasarkan laporan menyatakan bahwa banyak orang terbunuh akibat peristiwa itu.


Baca juga: PM Hassan Diab sebut Beirut berduka, Lebanon hadapi bencana

Baca juga: Negara-negara Timur Tengah tawarkan bantuan kepada Lebanon

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020