Mereka tidak membebani, namun memotivasi orang tua
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 tidak menghalangi usaha para guru dari Sekolah Proyek Google di Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendorong siswa tetap membaca buku meski pembelajaran masih dilakukan secara jarak jauh.

Usaha para guru dari Sidoarjo, Denpasar, Badung, dan Ende mendorong siswa membaca buku meski berada di rumah itu dibahas dalam diskusi virtual bertema "Berbagi Praktik Baik: Menumbuhkan Minat Baca Anak Menggunakan Literacy Cloud selama #BelajarDariRumah" yang diselenggarakan Room to Read Bersama ProVisi Education dengan dukungan Direktorat Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Rabu.

"Guru tetap menjadi aktor dan fasilitator utama. Mereka tidak membebani, namun memotivasi orang tua," kata Annisa Luthfi dari Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) dalam temu daring yang mengundang 30 kepala sekolah dan dua perwakilan guru mitra binaan Mutiara Rindang, YLAI dan Taman Bacaan Pelangi serta Dinas Pendidikan daerah.

Tujuan dari temu daring itu adalah saling berbagi inspirasi dan strategi saat menghadapi tantangan selama kegiatan belajar di rumah yang penuh keterbatasan.

Beberapa tantangan itu adalah ketiadaan akses internet dan tidak adanya paket kuota internet yang terjangkau. Tidak hanya itu, terdapat juga tantangan dalam koordinasi dengan orang tua sehingga guru harus menerapkan strategi untuk membuat mereka mau terlibat dalam proses pendidikan anak.

Salah satu strateginya, ujar Luthfi, adalah seperti yang dilakukan guru-guru SD 3 Mambal, Badung, Bali yang memberi rekomendasi buku kepada orang tua untuk dibaca bersama anak sehingga orang tua tetap merasa didukung dan dibantu.

Baca juga: Kemendikbud ajak orang tua budayakan bacakan buku pada anak sejak dini

Baca juga: Cara sekolah mempertahankan minat baca siswa

Siswa dan orang tua kemudian diminta untuk mendokumentasikan kegiatan membaca bersama itu sebagai bentuk apresiasi.

Contoh lain di SDN Medaeng 1 Waru di Sidoarjo, yang merupakan mitra Mutiara Rindang, membentuk kelompok Kelas Literasi beranggotakan guru, siswa, dan orang tua siswa. Kelompok Kelas Literasi itu mendorong mereka terlibat dalam kegiatan membaca yang menyenangkan di rumah dan guru juga secara teratur merekomendasikan satu cerita yang sesuai dengan jenjang siswa.

Selain itu, para guru di sekolah tersebut bersama dengan Mutiara Rindang juga melaksanakan program perpustakaan keliling, dengan kepala sekolah dan guru berkeliling ke rumah siswa untuk mendampingi belajar jarak jauh sambil tetap mematuhi protokol kesehatan.

Setelah menyelesaikan pembelajaran dua mata pelajaran, para siswa dilibatkan dalam kegiatan membaca menggunakan Literacy Cloud. Dalam program ini, Mutiara Rindang menyediakan akses internet portabel yang memudahkan baik guru maupun siswa terhubung dengan buku-buku digital Room to Read.

Mutiara Rindang juga menjalankan program during atau dukungan daring, berupa pendampingan daring untuk guru agar mampu mengawal kegiatan belajar dan kegiatan membaca di rumah dengan lebih berkualitas.

Sementara itu, di Ende guru mitra Taman Bacaan Pelangi memiliki strategi "jemput bola" untuk membuat anak-anak tetap aktif membaca dengan berkeliling membawa buku ke rumah siswa, sedangkan guru lainnya memperbolehkan siswa datang ke rumah mereka untuk meminjam buku.

"Para pustakawan sekolah berperan aktif mendatangi rumah siswa untuk mengantarkan buku dan mendorong kegiatan membaca. Keberadaan Literacy Cloud sangat bermanfaat melalui penyediaan buku-buku cerita anak berkualitas khususnya di masa pandemi ini," kata Anastasia Cue, Kepala Sekolah SD 1 Ende.

Mendengar pengalaman para guru-guru tersebut, Koordinator Fungsi Penilaian SD Kemendikbud Eko Warisdiono menegaskan bahwa kondisi pandemi COVID-19 tidak seharusnya membuat anak kehilangan hak untuk belajar.

Oleh karena itu pemerintah, kata Eko, akan terus memberi memberikan keleluasaan penyederhanaan kurikulum yang didukung oleh Dinas Pendidikan setempat dan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.

Baca juga: Lomba bercerita gairahkan budaya minat baca siswa

Baca juga: Kurangnya bahan bacaan sebabkan rendahnya minat baca

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020