Jakarta (ANTARA) - Penumpang Moda Raya Terpadu (MRT) pada April dan Mei turun tajam imbas pandemi Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) yang terjadi di Jakarta.

Hal itu terungkap dalam rapat kerja Komisi B DPRD DKI Jakarta dengan BUMD DKI Jakarta PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta beragendakan evaluasi kinerja tahun 2019 dan rencana kerja tahun 2020 di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu.

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan jumlah penumpang MRT Jakarta menurun drastis akibat adanya pandemi COVID-19. Pada April 2020 berjumlah 4.059 orang perhari sementara pada Mei 2020 hanya 1.405 orang perhari.

"Memang kita mengalami penurunan drastis dari sisi penumpang, dari total Februari 88 ribu penumpang (perhari), kita turun sampai empat ribu di bulan April. Alhamdulillah di bulan Juni ini naik," ujar William.

Untuk jumlah akumulatif penumpang MRT Jakarta, William menyebutkan pada April 2020 sebanyak 121.757 orang. Sementara, berdasarkan data yang ada di file presentasi dalam rapat, jumlah penumpang di Mei 2020 hanya 1.405 orang perhari dengan total penumpang di Mei 2020 sebanyak 43.544 orang.

Sedangkan jumlah penumpang di Januari 2020 sebanyak 2.564.869 orang dengan jumlah perhari 85.105 orang. Untuk Februari 2020 sebanyak 2.564.869 penumpang dengan jumlah perhari sebanyak 88.444 orang.

Baca juga: Arus kendaraan pribadi saat PSBB Transisi hampir capai kondisi normal
Baca juga: PSBB transisi, jumlah penumpang MRT capai 18 persen


Untuk Maret 2020, sebanyak 1.403.638 penumpang dengan jumlah per hari 45.279 orang. Kemudian di Juni sebanyak 340.553 penumpang dengan jumlah per hari sebanyak 11.351 orang.

Jumlah penumpang pada 1 Juli- 6 Juli 2020 sebanyak 102.324 orang dengan rata-rata perhari sebanyak 17.054 penumpang. Jumlah penumpang MRT Jakarta dari Januari hingga 6 Juli 2020 sebanyak 7.124.935 orang.

Dengan melihat data yang ada, William mengaku target 100 ribu penumpang perhari itu tidak bisa dicapai, terlebih saat ini ada pandemi COVID-19 yang mengharuskan untuk jaga jarak.

"Angka 100 ribu target kita itu pasti nggak mungkin, karena harus physical disntancing dan itu sudah mengurangi kapasitas kereta. Kita memang harus konsisten supaya tidak ada isu 'public transport' itu terpapar dengan COVID-19," katanya.
Baca juga: Droplet kecil bertahan 15 menit, jangan bicara di transportasi publik
Baca juga: MRT Jakarta aktifkan Protokol Bangkit lawan Virus Corona

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020