Jakarta (Antara) -- Pengembangan biogas sebagai sumber energi alternatif masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Mulai dari akses pendanaan, masih kurang memadainya ketersediaan teknologi, tata kelola, hingga kurangnya investasi menjadi hal yang menghambat pengembangan biogas di Indonesia. Meskipun demikian, pemerintah optimistis mampu meningkatkan pengembangan salah satu energi terbarukan ini.

Kepala Subdit Penyiapan Program Bioenergi Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Trois Dilisusendi menyampaikan, pemerintah telah menyiapkan beberapa strategi pengembangan biogas.

"Diantaranya adalah sinergi pemerintah pusat, daerah, dan swasta; pengembangan teknologi; dan optimalisasi investasi pemerintah, swasta, dan hibah luar negeri," ungkapnya.

Secara harfiah Biogas berasal dari makhluk hidup, yang  dapat berasal dari kohe (kotoran hewan), limbah, dan limbah makanan yang nantinya semua masuk pada proses anaerobic digester atau ruang kedap udara. Dari sisi pemanfaatn, Biogas bisa sebagai listrik ataupun bahan bakar.

Hingga 2020, Pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) terpasang baru sekitar 1,33 persen dari target kapasitas 5,5 GW pada tahun 2025. Jumlah ini berasal dari biogas rumah tangga yang sudah terpasang mencapai 47.505 unit di seluruh wilayah Indonesia dengan menghasilkan biogas sebanyak 75.044,2 m3/hari atau sekitar 26,72 juta m3/tahun.

Trois melanjutkan, pemerintah pun telah berkolaborasi dengan 20 pesantren dalam membangun biogas komunal sejak 2016 yang tersebar di 20 provinsi.

"Sementara itu, untuk tantangan-tantangan lainnya, kami mencoba menerapkan beberapa rencana strategis yang harapannya dapat mendorong pengembangan biogas terutama paska pandemi Covid-19,” pungkas Trois.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020