Surabaya (ANTARA) - Realisasi kegiatan giling tebu yang dilakukan Pabrik Gula (PG) Rajawali I sejak awal Juni 2020 di unit kerja PG Krebet Baru (Malang) dan PG Rejo Agung Baru (Madiun) telah mencapai 14 persen, dari target total tebu digiling 2,29 juta ton dan target produksi gula sebesar 204.635 ton.

Direktur SDM PT RNI (Persero) J Nanang Marjianto dalam keterangan persnya di Surabaya, Sabtu mengatakan target produksi gula itu lebih besar enam persen dari realisasi tahun lalu.

"Maka dari itu, selain mempersiapkan mesin pabrik dan ketersediaan bahan baku tebu, manajemen sebelumnya juga memastikan kesiapan SDM di era new normal seperti saat ini," katanya.

Ia menegaskan, bahwa produksi gula harus tetap dijaga, karena gula merupakan salah satu komoditas pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.


Baca juga: PT PG Rajawali I targetkan produksi gula sebesar 204.635 ton

Baca juga: Hadapi Corona, RNI pastikan stok gula mencukupi sampai Lebaran


"Saya berharap supaya perusahaan memperhatikan karyawannya seperti keluarganya sendiri," tuturnya.

PT PG Rajawali I  yang merupakan anak Perusahaan BUMN PT RNI (Persero) yang bergerak di bidang agro industri tebu, dan mempunyai 2 unit usaha, PG Krebet Baru yang berlokasi di Malang dan PG Rejo Agung Baru yang berlokasi di Madiun.

Kapasitas giling PG Krebet Baru secara total di dua unit pabrik Krebet Baru I dan Krebet Baru II sebesar 12.300 TCD sedangkan PG Rejo Agung Baru memiliki kapasitas giling sebesar 5.800 TCD.

Produk utama milik PT PG Rajawali I adalah gula kristal putih dengan merek Raja Gula serta produk sampingan tetes tebu. Luas areal tanaman tebu yang dikelola PT PG Rajawali I mencapai 29 ribu Ha dan 100 persen merupakan kemitraan dengan petani.


Baca juga: Masuk puncak giling, Kementan proyeksi produksi gula capai 540.000 ton


Sementara itu Nanang yang sebelumnya meninjau kedua pabrik itu mengingatkan, agar menerapkan protokol kesehatan secara disiplin dan ketat baik di lingkungan pabrik maupun kantor.

"Protokol COVID-19 harus diterapkan secara ketat, dilakukan monitoring dan di kontrol dengan baik dikarenakan apabila ada yang terdampak akan menyebabkan gangguan pada suasana kerja," katanya.

Ia mengakui, setelah melakukan peninjauan penerapan protokol kesehatan di kedua Unit Pabrik Gula sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan Kemenkes, yang meliputi pengecekan suhu sebelum memasuki areal pabrik maupun kantor, pembagian jam kerja shift menjadi tiga, penyemprotan disinfektan setiap kendaraan yang masuk areal pabrik dan kantor.

"Selain itu, seluruh karyawan, penebang tebu dan sopir truk pengangkut tebu diwajibkan untuk menggunakan masker serta telah disediakan tempat cuci tangan di setiap bagian/stasiun," katanya.

Ia berharap seluruh karyawan bisa mengembangkan dirinya sendiri dengan kondisi yang sedang dihadapi.

"Setiap karyawan diharapkan mampu mengembangkan diri sehingga dapat memajukan perusahaan dan selalu berpikiran kritis dan tangkas dalam hal mengidentifikasi masalah serta menindaklanjuti dengan memberikan solusi yang mudah, cepat dan fair," katanya.


Baca juga: Pabrik Gula Cinta Manis mulai giling tebu kejar produksi gula putih

Baca juga: Holding Perkebunan Nusantara targetkan produksi gula 1 juta ton


Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020