Jakarta (ANTARA) - Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ahmad Saufi mengatakan saat ini kesempatan lulusan SMK langsung diterima kerja semakin besar dikarenakan adanya program "pernikahan massal" antara pendidikan vokasi dan industri.

"Program ini yang semakin memperkuat kemitraan antara pendidikan vokasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)," ujar Ahmad Saufi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI mempunyai tugas yakni "menjodohkan" pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri.

"Kami akan banyak berinteraksi dengan pelaku industri, termasuk mengenalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh pendidikan vokasi sehingga mereka percaya akan kemampuan lulusan vokasi," jelas dia pada sesi bincang-bincang dengan tema "Lulusan SMK Jangan Takut Nggak Dapat Kerja", akhir pekan lalu.

Untuk jenjang SMK, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI pada 2020 memberikan perhatian khusus bagi peningkatan kapasitas dan kompetensi guru serta kepala sekolah.

Pelatihan bagi guru dilakukan melalui Program "Up-skilling" dan "Re-skilling" Guru Kejuruan SMK berstandar industri. Sedangkan bagi kepala sekolah, terdapat Program "Diklat CEO" untuk meningkatkan kapasitas manajerial kepala SMK khususnya dalam kepemimpinan kewirausahaan.

Fokus Kemendikbud pada pengembangan pendidikan vokasi sendiri adalah di empat bidang prioritas, yakni pemesinan dan konstruksi, hospitality, ekonomi kreatif, dan care service (layanan perawatan).

Baca juga: Mendikbud: "Pernikahan massal" SMK dan industri saling menguntungkan
Baca juga: Kemendikbud: 'Passion' pendidikan vokasi akan lahirkan kompetensi


Saufi menambahkan industri juga diberi keterlibatan besar dalam proses pembelajaran di SMK. Pihaknya telah membentuk Forum Pengarah Vokasi (FPV) yang beranggotakan para pelaku usaha, komunitas industri, dan stakeholder terkait lainnya. FPV akan dilibatkan mulai dari penyusunan kurikulum, hingga perekrutan lulusan.

"Melalui pendekatan ini artinya kita sudah menggandeng langsung para pelaku usaha. Bahkan kita juga memperoleh daftar calon tempat kerja bagi para lulusan beserta kriteria yang dibutuhkan DUDI. Berikutnya, kita menyusun strategi untuk menyiapkan lulusan yang kompeten secara teknis maupun nonteknis," jelas dia.

Selaras dengan konsep Merdeka Belajar yang digagas oleh Kemendikbud, para siswa SMK kini memiliki peluang untuk mengembangkan dan menyalurkan passion atau renjananya.

Siswa SMK dapat memadukan pembelajaran yang didapatkan di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah untuk memperkaya kemampuan nonteknis.

Menurut Saufi, kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu kemampuan teknis yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan.

"Berbagai macam informasi dan pengetahuan saat ini dapat mudah dicari melalui internet secara tidak terbatas. Namun, membaca saja tidak cukup karena soft skill itu harus dilatih dengan cara mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi lainnya yang bermanfaat. Di sana, para siswa akan belajar untuk berkomunikasi, bekerja dengan tim, sampai menyelesaikan masalah. Kemampuan inilah yang menjadi nilai tambah ketika memasuki dunia kerja," terang dia.

Saufi berpesan kepada para siswa SMK yang belum lulus untuk belajar menguasai bahasa asing. Sebab, lulusan vokasi tidak hanya berpeluang bekerja di Indonesia, tetapi keterampilannya juga banyak dibutuhkan di luar negeri.

Sementara bagi yang sudah lulus, Saufi mengajak untuk tidak mudah puas dan terus berupaya meningkatkan kemampuan diri, seperti dengan meniti jenjang karir, berwirausaha, ataupun melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Baca juga: Anggota DPR nilai sebagian lulusan SMK belum selaras dunia kerja
Baca juga: Dirjen ingatkan siswa agar SMK jangan jadi pilihan kedua
Baca juga: Kemendikbud minta kampus dan industri formulasikan kerja sama vokasi

 

Pewarta: Indriani
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020