Jakarta (ANTARA) - Komitmen perusahaan berukuran sedang perlu diperkuat untuk tidak menggunakan cara membakar untuk membersihkan lahan dan meningkatkan praktik yang berkelanjutan, demikian menurut laporan dari Singapore Institute of International Affairs (SIIA).

Hal itu dilakukan karena pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini memberikan dampak kepada perekonomian termasuk untuk perusahaan perkebunan yang ingin terus mempertahankan pendapatan, kata Assistant Director, International Affairs & Media, SIIA Aaron Choo dalam diskusi online yang dipantau dari Jakarta pada Kamis.

"Perusahaan yang lebih kecil mungkin lebih terdampak (pandemi), mereka mungkin melihat kebutuhan untuk terus membakar dan membersihkan lahan," kata Aaron.

Baca juga: Singapura akan investigasi karthula, RI rujuk hukum internasional

Baca juga: Kemarin, 100.000 unit tes cepat hingga TMC cegah karhutla


Hal itu mungkin dilakukan karena perkebunan adalah bisnis dengan siklus panjang, apa yang ditanam hari ini adalah untuk empat sampai lima tahun ke depan. Jika mempertimbangkan hal itu, melemahnya ekonomi bisa menambah risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kata Aaron.

Menurut SIIA Haze Outlook 2020 yang diluncurkan hari ini, faktor manusia masih menjadi salah satu hal penting dalam karhutla karena yang dilakukan oleh perusahaan dan komunitas akan menjadi titik penting dalam upaya pencegahan.

Usaha edukasi adalah salah satu langkah penting untuk memastikan langkan keberlanjutan tetap berjalan, meski pandemi COVID-19 memberikan sedikit halangan.

Terkait karhutla, pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai langkah untuk mencegah karhutla seperti memakai teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk membasahi hutan dan lahan gambut.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menegaskan bahwa TMC untuk cegah karhutla dilakukan di Sumatera dan Kalimantan secara bergantian hingga September 2020.*

Baca juga: Menteri LHK: TMC berlanjut hingga September untuk cegah karhutla

Baca juga: Danrem : Kalsel bersiap cegah kebakaran hutan dan lahan

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020