Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan paham radikal terorisme adalah sesuatu ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri.

Adanya pemikiran yang menyimpang dari agama Islam itu dikarenakan memahami terhadap ajaran Islam yang tidak sempurna dan tidak mendalam, katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat.

“Kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Inilah yang kemudian menjadi paham radikal. Padahal paham yang benar tentang Islam itu tentunya adalah ‘Ya’lu Wala Yu’la ‘alaihi’ yang artinya adalah Islam itu adalah sesuatu agama yang lebih tinggi dari pada agama yang lain sehingga tidak perlu khawatir,” ujar KH Yusnar Yusuf Rangkuti.

Baca juga: Ketua Persis: Waspadai virus radikalisme di kala pandemi

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah ini menyampaikan bahwa salah satu cara untuk membendung penyebaran paham radikalisme adalah melalui dakwah tanpa henti guna meluruskan pandangan yang melenceng tersebut.

“Dakwah harus terus dilakukan tanpa henti untuk memberikan pandangan yang benar dan meluruskan padangan-pandangan yang melenceng terhadap Islam itu tadi. Sehingga masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat semesta alam) dan tidak mengajarkan kekerasan ataupun melakukan aksi terorisme,” tutur pria kelahiran Medan, 25 Maret 1955 itu.

Pria yang juga Imam Besar Masjid Raya Telaga Kahuripan Bogor ini mengungkapkan bahwa sebenarnya perbedaan pendapat di dalam agama Islam adalah suatu hal yang biasa. Contohnya mengenai adanya kebijakan yang mengatakan boleh shalat Jumat beberapa gelombang saat pandemi COVID-19.

Baca juga: BNPT: Ormas Islam kunci pencegahan paham radikal terorisme

“Ada yang mengatakan boleh dilakukan bergelombang, berganti-gantian sebagai upaya untuk mencegah peyenbaran virus corona. Ini juga sempat menjadi pertentangan di media. Tapi ya silahkan saja shalat Jumat sesuai yang ditetapkan, kan itu hanya sementara saja yang tujuannya baik untuk mencegah penyebaran virus,” Kata Yusnar yang juga Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) tersebut.

Yusnar mengatakan perlunya moderasi beragama untuk menanamkan sikap toleransi keberagaman kepada masyarakat.

Menurut dia bahwa sebenarnya imunitas terhadap paham radikal itu sudah ada pada diri masing-masing manusia. Namun demikian, imunitas itu juga dapat dibantu dengan vaksin 'antiradikalisme' untuk meningkatkan kekuatannya dalam melawan virus radikalisme yang menyimpang tersebut.

Sementara itu, Yusnar yang juga pernah menjadi Ketua Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) itu mengimbau kepada umat muslim di Indonesia untuk kembali memunculkan keramahtamahan yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar sesama warga bangsa ini dan terhadap warga bangsa lain.

"Kembalilah kita galakkan senyum yang ramah kepada semuanya, karena dengan senyum itu akan terlihat bahwasannya bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang ramah, bangsa yang sangat toleran,” ujar mantan Direktur Pendidikan Agama Islam Masyarakat Departemen Agama itu.

Baca juga: BNPT : Perempuan banyak dilibatkan dalam terorisme karena setia

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020