Kabul (ANTARA) - Pemerintah Afghanistan dan kelompok gerilyawan Taliban sepakat bahwa Doha akan menjadi lokasi pertemuan pertama perundingan perdamaian, menurut kedua pihak pada Minggu (14/6).

Pembicaraan, yang dikenal sebagai dialog antar-Afghanistan, akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama bagi mereka setelah perang bertahun-tahun.

Tak ada pengumuman soal tanggal pertemuan tersebut, namun diperkirakan akan berlangsung setelah kedua pihak meluruskan perbedaan tentang pembebasan 5.000 tahanan Taliban oleh pemerintah Afghanistan, yang paling cepat terjadi pada akhir pekan depan.

"Pertemuan antar-Afghanistan akan digelar di Doha," kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen kepada Reuters. Ia menambahkan bahwa kelompok tersebut siap mengadakan pembicaraan antar-Afghanistan dalam waktu sepekan usai pembebasan 5.000 tahanan.

Sejauh ini, pemerintah Afghanistan telah membebaskan 3.000 tahanan Taliban berdasarkan kesepakatan antara Amerika Serikat dan kelompok gerilyawan itu pada Februari.

Kesepakatan tersebut memaparkan peta jalan bagi penarikan pasukan asing dari Afghanistan serta pembicaraan damai untuk mengakhiri perang 19 tahun.

Pemerintah ingin pembicaraan dilakukan secepat mungkin tetapi pihaknya memiliki kendala soal pembebasan ratusan tahanan terkemuka Taliban, kata pejabat senior pemerintah kepada Reuters.

Menurut pejabat itu, pemerintah telah menawarkan daftar pembebasan tahanan alternatif kepada Taliban.

Juru bicara Istana Presiden Afghanistan, Sediq Sediqqi, mencuit di Twitter bahwa Doha mengiyakan untuk menjadi tempat pembicaraan damai perdana tersebut, namun belum ada lokasi pasti yang disepakati.

Ibu kota Qatar itu menjadi saksi penandatanganan kesepakatan antara AS dan Taliban. Kelompok tersebut memiliki kantor politik di Doha sejak 2013.

Sumber: Reuters

Baca juga: Pembicaraan damai Afghanistan mungkin dimulai Juni

Baca juga: Menlu RI, AS bahas perkembangan situasi di Afghanistan

Baca juga: Afghanistan akan bebaskan 900 anggota Taliban


 

Pemerintah RI didik 100 pelajar Afghanistan

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020