Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Beberapa mortir atau roket telah ditembakkan di distrik pemerintah di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad, Selasa, tak lama setelah Wakil Presiden AS Joe Biden datang untuk menekan para pemimpin Irak melakukan kompromi politik.

Polisi Irak menjelaskan dua yang diduga rentetan mortir telah mendarat dekat kompleks kedutaan besar AS di Zona Hijau, tapi tidak mengenainya. Biden telah bertemu dengan Dubes AS Chris Hill, komandan penting AS Jenderal Ray Odierno, sesaat sebelum serangan mortir.

Lokasi persisnya ditutupi karena alasan keamanan, tapi seorang wartawan Reuters mendengar ledakan dalam briefing wartawan oleh Hill das Odierno. Sebuah pengeras suara di kedutaan itu menyiarkan peringatan untuk membungkuk dan berlindung.

Itu adalah lawatan kedua Biden ke Irak dalam tiga bulan, dan kunjungan yang menandakan bahwa pemerintah Obama gelisah untuk memecahkan perselisihan yang telah lama ada di antara masyarakat Kurdi, Syiah dan Arab Sunni mengenai tanah dan minyak yang para pejabat AS khawatirkan dapat merobek negara itu.

Kekerasan telah menurun dengan cepat di Irak sejak puncak gelombang pembunuhan sektarian pada 2006, sebagian karena peningkatan puluhan ribu tentara AS, tapi perolehan keamanan itu belum sesuai dengan banyak kemajuan politik.

Perolehan keamanan mereka sendiri masih rapuh, seperti dibuktikan dengan serangan mortir dan roket Selasa dan dua bom trek raksasa pada 19 Agustus yang menewaskan 95 orang di kementerian luar negeri dan keuangan serta bukti publik yang tececer di polisi dan militer Irak.

Sejak 2006, Washington telah menekan para pemimpin Kurdi, Syiah dn Arab Sunni Irak, dengan sedikit berhasil, untuk menyisihkan perbedaan dan mengkompromikan masalah seperti undang-undang perminyakan baru untuk mengatur cadanan minyak terbesar ketiga di dunia itu.

Namun sekarang dengan operasi tempur AS akan berakhir di Irak pada Agustus 2010, AS akan kehabisan waktu dan pengaruh di antara para pemimpin Irak untuk mencapai tujuannya -- meninggalkan Irak yang relatif stabil yang dapat melawan upaya oleh tetangga Iran Syiah untuk campurtangan dalam urusannya.

Tidak ada lagi keinginan besar di Washinton untuk perang di Irak. Pemerintah Obama telah mengikatkan perhatiannya pada situasi keamanan yang memburuk di Afghanistan dan mengumpulkan dukungan yang kehilangan tenaga di antara rakyat Amerika dan orang-orang Demokrat yang skeptis yang menguasai Kongres AS selama delapan tahun perang di negara itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009