Konsumsi susu di Negara kita masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian menyatakan perlunya meningkatkan konsumsi susu Nasional, sebagai asupan bergizi untuk memperkuat daya tahan tubuh di tengah pandemi COVID-19.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita menyampaikan peringatan Hari Susu Nusantara yang jatuh pada 1 Juni  menekankan pentingnya masyarakat untuk terus mengonsumsi susu. Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2019 masih berkisar 16,23 kg/kapita/tahun.

"Konsumsi susu di Negara kita masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Ketut Diarmita di Jakarta, Senin.

Ketut menjelaskan, secara umum susu banyak memiliki manfaat untuk pertumbuhan yaitu untuk regenerasi sel, menguatkan tulang dan gigi, menyokong pertumbuhan fisik, meningkatkan kecerdasan, mampu mencegah stunting pada anak-anak serta meningkatkan imunitas tubuh sehingga meminimalisasi potensi terinfeksi agen penyakit.

Ketut juga menyoroti pentingnya peningkatan populasi sapi perah untuk meningkatkan produksi susu dan memenuhi kebutuhan susu nasional.

Populasi sapi perah Nasional pada tahun 2019 sebanyak 561.061 ekor dengan produksi susu sebanyak 996.442 ton (Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2019).

Menurut dia, pertumbuhan populasi sapi perah dan pertumbuhan produksinya belum mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi, sehingga ketersediaan sebagian besar produk susu dan turunannya adalah melalui importasi yang semakin lama semakin meningkat.

Dengan jumlah kebutuhan susu nasional tahun 2019 mencapai 4,3 juta ton, produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) di atas, hanya mampu memenuhi 22 persen dari kebutuhan nasional, sehingga 78 persennya berasal dari impor.

"Selain itu, produksi susu saat ini masih didominasi oleh susu sapi, padahal kita memiliki potensi ternak lain seperti kambing perah (Kambing Peranakan Ettawa, Kambing Saanen) dan kerbau perah yang pemanfaatannya belum optimal," kata Ketut.

Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai instansi teknis yang menangani peternakan, terus berupaya keras dalam mengembangkan persusuan nasional untuk mencapai target pemenuhan kebutuhan susu nasional tahun 2025 sebanyak 60 persen sesuai dengan Cetak Biru Persusuan 2013-2025 yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.

Ada pun upaya pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi perah dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya lewat program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri), pemasukan bibit sapi perah untuk pengganti induk dan dikembangkan di Balai Ternak Unggul Baturaden.

Selanjutnya, pengembangan rearing unit di Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan melalui kemitraan dengan Industri Pengolahan Susu (IPS), penetapan kawasan pengembangan sapi perah nasional, perbaikan mutu genetik melalui pejantan unggul hasil Uji zuriat atau progeny test dan produksi semen beku sexing, kemudahan dalam pengajuan rekomendasi pemasukan/pengeluaran ternak, produk ternak.

Selain itu, Kementan juga berupaya untuk mengembangkan ternak perah lain seperti kambing perah dan kerbau perah serta mendorong pihak swasta untuk melakukan diversifikasi genetik sapi perah melalui pengembangan sapi perah non Frisian Holstein/FH (sapi perah jersey).

Pengembangan sapi perah non FH saat ini masih bersifat "closed breeding" untuk mengetahui kemampuan adaptasi dan produksi ternak di Indonesia.

Kementan juga berupaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk peternak melalui diversifikasi produk, fasilitasi sarana prasarana pengolahan susu, pengurusan ijin edar produk susu serta fasilitasi/pendampingan sertifikasi organik untuk kelompok peternak, serta fasilitasi pemasaran melalui akses market online bekerjasama dengan marketplace.




Baca juga: DPR minta Kementan fokus tingkatkan produksi susu sapi

Baca juga: Kementan dorong produksi susu segar nonsapi

Baca juga: Hari Susu Nusantara momentum tingkatkan konsumsi nasional


 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020