Jakarta (ANTARA) - "Indonesia tetap akan selalu di belakang Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaannya, tidak ada kata mundur," demikian pernyataan Presiden Joko Widodo.

Kepala Negara menegaskan pernyataan itu pada Minggu, 28 Oktober 2018, setelah melepas Jalan Sehat Santri Sahabat Rakyat di Pendopo Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ketika menanggapi serangan militer zionis Israel atas Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza, Palestina.

Akibat serangan pada Sabtu (27/10) 2018 itu, beberapa bagian RSI yang pembangunannya digagas organisasi kegawatdaruratan kesehatan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia di Jalur Gaza itu mengalami kerusakan, juga daerah sekitarnya.

Seorang sukarelawan MER-C Indonesia yang berada di Jalur Gaza Reza Aldilla Kurniawan memberikan kesaksian pada sejak Jumat (26/10) malam hingga Sabtu itu, militer zionis Israel masih menggempur sejumlah wilayah di Jalur Gaza.

Pesawat tempur Israel mengirim tidak kurang dari lima roket yang jatuh tidak jauh dari lokasi RS Indonesia yang berada di Bayt Lahiya, Gaza Utara.

Hantaman roket tersebut menyebabkan guncangan keras di area sekitarnya, dan menimbulkan kerusakan di beberapa bagian Rumah Sakit Indonesia, termasuk kantor administrasi, toilet, koridor, dan ruang perawatan intensif.

Hingga Ramadhan 1441 Hijriah ini, ada sebanyak 32 sukarelawan MER-C Indonesia yang masih bertahan di Jalur Gaza untuk program pembangunan tahap II RSI di kawasan yang dilanda konflik itu.

Mereka, yang sebagian besar dari divisi konstruksi diberangkatkan secara bertahap mulai Jumat malam pada 23 Febuari 2019 .

Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad menjelaskan bahwa puluhan sukarelawan itu sudah menunggu setahun untuk bisa masuk Jalur Gaza, hingga akhirnya setelah bertemu Menlu Retno Marsudi dan jajarannya, maka hasilnya tim bisa berangkat.

Indonesia, sebut Presiden, mengecam keras serangan Israel itu karena tidak hanya merusak rumah sakit, namun juga wilayah sekitarnya sehingga warga setempat juga terdampak.

Presiden pun menegaskan bahwa Indonesia tetap dan akan selalu di belakang bangsa Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaannya.
Sukarelawan MER-C Indonesia Cabang Jalur Gaza, Palestina memberikan bantuan sembako donasi masyarakat Indonesia kepada warga Gaza yang masih hidup dalam blokade dalam Program Bantuan Ramadhan yang bersamaan dengan suasana pandemi COVID-19 di Gaza, Sabtu (16/5/2020). (FOTO ANTARA/HO-MER-C Indonesia)


Sikap tegas

Hubungan Indonesia-Palestina, jika dirunut pada sejarah selalu dalam posisi yang harmonis dan menguatkan.

Dalam periode masa pemerintahan di Indonesia sejak era Presiden Soekarno hingga saat ini, sikap tegas selalu ditunjukkan dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan bangsa Palestina.

Jika merujuk pada buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri", yang ditulis oleh M Zein Hassan, Lc, Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia dan ada pula dalam buku "Ziarah Sejarah: Mereka yang Dilupakan" karya Hamid Nabhan, hubungan panjang Indonesia-Palestina tergambar jelas.

Di dalam halaman 40 buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri", M Zein Hassan menyebutkan pengakuan Mufti Besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini yang diumumkan melalui Radio Berlin, Jerman, berbahasa Arab yang menyatakan dukungan pertama atas kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dalam buku tersebut dinyatakan Palestina mengakui kemerdekaan Indonesia di saat negara-negara lain belum memutuskan sikap.

Secara "de facto", Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 sehingga untuk menjadi negara yang berdiri utuh (de jure) butuh pengakuan dari negara lain.

Pengakuan Palestina itu sebenarnya dilontarkan saat Indonesia masih dijajah tentara Jepang di mana pada September 1944 Mufti Besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mengakui dan mendukung kemerdekaan Indonesia sebelum negara Arab yang lain.

Pada berita yang disiarkan melalui radio tersebut kemudian disebarluaskan selama dua hari berturut-turut, termasuk buletin harian "Al-Ahram" yang terkenal juga menyiarkan berita itu.

Syekh Muhammad Amin Al-Husaini sendiri kala itu sedang bersembunyi di Jerman pada permulaan Perang Dunia II dalam upaya berjuang melawan imperialis Inggris dan zionis Israel yang ingin menguasai Kota Al-Quds, Palestina, namun mengumumkan dukungannya atas kemerdekaan Indonesia di tengah situasi sulit itu.

Belakangan, pengakuan Palestina atas kemerdekaan Indonesia itu kemudian diikuti sejumlah negara di kawasan Afrika dan Timur Tengah lainnya, dimulai dari Mesir.

Dalam sejarah juga tercatat 10 negara pertama yang menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia, adalah negara-negara Islam di kawasan Afrika dan Timur Tengah.

Setelah Palestina, negara lainnya yang memberikan pengakuan adalah Palestina, Mesir, Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, Yaman, Afganistan, Iran dan Turki.

Yang menarik, di luar negara Afrika dan Timur Tengah, ternyata Vatikan menjadi negara kelima yang pertama-tama mengakui kemerdekaan Indonesia.
Sukarelawan MER-C Indonesia Cabang Jalur Gaza, Palestina memberikan bantuan sembako donasi masyarakat Indonesia kepada warga Gaza yang masih hidup dalam blokade dalam Program Bantuan Ramadhan yang bersamaan dengan suasana pandemi COVID-19 di Gaza, Sabtu (16/5/2020). (FOTO ANTARA/HO-MER-C Indonesia)

Masih tertanam kuat

Saling peduli dan membantu antara Indonesia-Palestina masih terus tertanam kuat, bahkan dalam masa sulit saat ini, di saat pelaksanaan puasa Ramadhan 1441 Hijriah yang berbarengan dengan pandemi global COVID-19.

Meski antara bangsa Palestina dan Indonesia juga mengalami kondisi pandemi, namun kebersamaan masih terus terjaga, dan itu juga terjadi pada tingkatan people to people (antaramasyarakat).

Hal itu ditunjukkan dengan Program Bantuan Ramadhan yang dilakukan sukarelawan MER-C Indonesia yang ada di Gaza saat ini.

Menurut Ketua Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad, seperti tahun-tahun sebelumnya, pada Ramadhan 1441 Hijriah ini, melalui cabangnya di Jalur Gaza, pihahknya kembali mengadakan program bantuan Ramadhan.

Bantuan yang akan disalurkan berupa sembako sebanyak 1.000 paket dan bantuan makanan berbuka puasa sebanyak 1.000 paket yang disalurkan bertahap pada pekan terakhir Ramadhan.

Program rutin setiap tahun itu dilakukan melalui Cabang MER-C di Jalur Gaza untuk membantu saudara-saudara warga Gaza yang masih hidup dalam blokade selama bertahun-tahun, di mana kali ini ditambah adanya pandemi COVID-19.

Bantuan yang diberikan berupa 1.000 paket sembako dan 1.000 paket ifthar yang berasal dari donasi masyarakat Indonesia untuk program Kemanusiaan Gaza.

Meski Indonesia juga sedang mengalami berbagai masalah dan kesulitan, ditambah adanya wabah corona, namun MER-C mengupayakan tetap berbagi di tengah keterbatasan yang ada sebagai bentuk dukungan dan perhatian kepada rakyat di Gaza yang masih hidup dalam berbagai keterbatasan akibat blokade dan penjajahan zionis Israel.

Bantuan disiapkan dan disitribusikan oleh sukarelawan Indonesia yang sedang bertugas di sana kepada warga Gaza yang membutuhkan.

Ada sebanyak 31 sukarelawan yang saat ini masih bertugas di Jalur Gaza yang sedang menjalankan pembangunan tahap II RS Indonesia.

Cabang MER-C di Jalur Gaza sendiri telah resmi berdiri dan diakui oleh pemerintah setempat sejak 10 tahun silam, tepatnya sejak Agustus 2010.

Anggotanya terdiri atas surelawan Indonesia yang tengah bertugas di Jalur Gaza, Palestina untuk pembangunan tahap II RSI dibantu beberapa sukarelawan lokal.

Cabang MER-C di Gaza masih aktif dan menjembatani komunikasi antara MER-C Pusat di Jakarta dengan pemerintah dan warga Palestina di Gaza, dan menjalankan baik program pembangunan RSI maupun program kemanusiaan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan warga setempat seperti bantuan Ramadhan, bantuan musim dingin, dan lainnya.

MER-C Indonesia mengharapkan sedikit bantuan tersebut dapat turut menguatkan dan meringankan beban rakyat Gaza yang masih terus ditimpa masalah berat.

Spirit saling menguatkan, dukungan dan rasa kebersamaan yang menggema antara Palestina dan Indonesia, meski dalam suasana berat menghadapi COVID-19 menjadi saksi betapa indahnya Ramadhan yang penuh dengan keberkahan.

Copyright © ANTARA 2020