Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih di tengah peringatan Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei ini, kondisi buruh tani dan buruh perkebunan justru berada dalam situasi yang belum sejahtera.

Ia menilai daya beli bagi buruh tani semakin mengalami penurunan, terutama di tengah kenaikan harga akibat pandemi COVID-19 sehingga menyebabkan juga kenaikan harga kebutuhan rumah tangga.

"Yang terkena dampak dari pandemi ini tidak hanya para buruh yang bekerja di perkotaan, buruh tani dan buruh perkebunan di desa juga terkena dampaknya," kata Henry saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Hari Buruh, Mentan beri semangat buruh pertanian tetap produktif

Henry memaparkan bahwa jumlah buruh tani juga mengalami peningkatan di desa. Banyaknya perampasan tanah (land grabbing), dan dampak dari pasar bebas, mengakibatkan petani kehilangan tanah yang sebelumnya mereka kuasai.

Menurut dia, kondisi juga semakin parah ketika tanah-tanah yang sebelumnya dikuasai petani, terkonversi menjadi industri perkebunan dan industri ekstraktif lainnya seperti pertambangan.

Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2018, jumlah petani gurem (petani kecil yang memiliki lahan kurang dari 0,25 ha) di Indonesia mencapai 16,2 juta jiwa.

Dengan jumlah petani gurem yang meningkat, pemuda-pemudi di desa menjadi gamang untuk memulai bertani ketika selesai di bangku sekolahan, sehingga menyebabkan tingginya pengangguran di pedesaan.

Baca juga: Hari buruh, KRKP nilai petani perlu diberikan akses lahan pertanian

"Hal ini yang menyebabkan terjadinya migrasi penduduk dari pedesaan, baik itu ke luar negeri menjadi tenaga kerja maupun berangkat ke kota menjadi tenaga kerja musiman, menjadi buruh," kata Henry.

Sebagaimana diketahui, pandemi COVID-19 telah berdampak sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat maraknya pemutusan hubungan kerja bagi buruh dan karyawan di Indonesia, selama pandemi COVID-19 terjadi.

Sampai dengan 20 April 2020, terdapat 2,08 juta pekerja terkena pemutusan hubungan kerja, dengan rincian 1,54 juta orang pekerja di sektor formal, dan 538 ribu dari sektor informal .

Henry menambahkan Pemerintah harus fokus pada implementasi dari program-program seperti Reforma Agraria dan pembangunan pedesaan, kedaulatan pangan, serta penguatan koperasi sebagai lembaga ekonomi petani dan orang-orang di pedesaan. Hal ini dapat menjadikan perekonomian Indonesia kokoh dalam menghadapi krisis akibat pandemi.

SPI juga mendorong tumbuhnya industri nasional yang mengolah kekayaan alam Indonesia, baik dari hasil perkebunan, kehutanan, maupun pertambangan, menjadi bahan hasil industri.

"Industri nasional juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nasional, sehingga tidak mengalami ketergantungan dari luar negeri. Tentunya kaum buruh menjadi bagian penting di dalamnya. Oleh karena itu upah yang layak wajib hukumnya, jangan sampai ada eksploitasi buruh," kata dia.
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020