Bekasi (ANTARA) - Dubes RI untuk Yordania dan Palestina Andy Rachmianto menyapa warga negara Indonesia (WNI) di tengah pandemi COVID-19 dengan menghubungi salah seorang aktivis kemanusiaan anggota MER-C Indonesia di Gaza.

Meskipun di tengah pandemi, inisiatif dan aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C Indonesia merupakan bukti dukungan Indonesia kepada Palestina.

Sejak awal, komitmen ini diperlihatkan tidak hanya oleh Pemerintah Indonesia, tetapi juga oleh berbagai kalangan di tanah air, termasuk organisasi kemanusiaan.

"Mereka adalah pejuang kemanusiaan sejati dan tanpa pamrih! Ini juga menunjukkan bukti bahwa dalam situasi dan keadaan apapun, Indonesia selalu bersama Palestina," kata Dubes Andy, seperti disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Di tengah pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020, semua negara di muka bumi tanpa kecuali menghadapi situasi kedaruratan dengan melakukan penguncian (lockdown) wilayah dan pembatasan sosial.

Sementara, wilayah jalur Gaza di Palestina sebenarnya telah mengalami situasi kedaruratan semacam itu akibat blokade total yang dilakukan Israel sejak 2007. Akibatnya, perbatasan darat, laut dan udara Gaza juga ditutup dan pergerakan keluar-masuk warga Gaza sangat dibatasi.

Pasca konflik Gaza tahun 2008-2009 yang menelan korban ribuan jiwa, situasi kemanusiaan di bagian selatan wilayah Palestina ini semakin serius dan mengkhawatirkan. Atas tragedi kemanusiaan yang terjadi, banyak pihak di Indonesia tidak hanya mengecam aksi agresi Israel itu, tetapi banyak pula yang terpanggil untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Salah satu lembaga yang terpanggil adalah MER-C Indonesia, sebuah lembaga sosial masyarakat mandiri yang bergerak dalam bidang kegawat-daruratan medis dan kemanusiaan.

Lembaga itu bertujuan memberikan pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di luar negeri.

Dengan bermodal pengalaman dan kemampuan, MER-C Indonesia berhasil mengumpulkan bantuan dan donasi untuk membantu korban konflik Gaza.

Salah satu bentuk konkret bantuan itu adalah pembangunan fasilitas kesehatan yang sekarang dinamakan “Rumah Sakit Indonesia (RSI)”.

Di bangun sejak tahun 2010, rumah sakit dengan fasilitas 100 tempat tidur itu selesai pada tahun 2012 dan telah diserahterimakan untuk dikelola oleh Kementerian Kesehatan di Gaza.

Sejak RSI berdiri situasi di Gaza tidak membaik bahkan semakin mengkhawatirkan akibat terus menghadapi provokasi dan agresi militer Israel. Akibatnya ratusan warga Gaza tewas dan ribuan mengalami luka-luka.

Keadaan yang diperparah akibat blokade akhirnya berdampak pada keterbatasan dan kelangkaan fasilitas kesehatan, baik peralatan maupun obat-obatan.

Menyikapi situasi darurat tersebut, MER-C Indonesia kembali berinisiatif untuk melakukan misi kemanusiaan di Gaza. Sejak Februari 2019, sebanyak 29 aktivis kemanusiaan MER-C Indonesia melakukan renovasi perluasan RSI agar dapat menampung 300 tempat tidur.

Sejak kedatangan para pejuang kemanusiaan ini tinggal di sebuah wisma yang berlokasi di kompleks RSI. Wisma ini juga dibangun oleh MER-C Indonesia sebagai penampungan bagi para aktifis kemanusiaan yang berkunjung ke Gaza.

Dalam percakapan telepon diperoleh informasi bahwa penyelesaian proyek renovasi perluasan RSI itu baru selesai sekitar 85 persen karena sempat terhambat dengan merebaknya pandemi COVID-19 di tanah Palestina, termasuk di Gaza.

Baca juga: Gaza laporkan 7 kasus baru virus corona

Baca juga: Pria Palestina dibui lantaran kabur dari karantina COVID-19


Pelibatan sekitar 40 warga Gaza dalam proyek itu juga harus dihentikan selama satu bulan untuk mencegah penyebaran virus.

"Semua anggota MER-C Indonesia dan tiga mahasiswa yang bekerja di proyek RSI semuanya dalam keadaan sehat dan tidak ada yang terpapar virus. Diharapkan proyek ini dapat diselesaikan dalam waktu dua bulan ke depan”, tutur Dubes Andy.

Baca juga: Qatar bantu Jalur Gaza Rp2,48 triliun untuk perangi virus corona
 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020