Jakarta (ANTARA) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) telah dan terus mendorong pembangunan dan pengembangan taman keanekaragaman hayati (Kehati) di daerah-daerah di Indonesia sebagai upaya pelestarian biodiversitas dan plasma nutfah.

"Kami dorong kalau memang ada daerah-daerah yang punya lahan dan pemerintah setempatnya juga berkeinginan untuk melestarikan keanekaragaman hayati untuk membangun taman Kehati," kata Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya Yayasan Kehati Rika Anggraini saat kunjungannya ke Kantor LKBN ANTARA, Jakarta, Selasa.

Taman Kehati adalah kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi. Taman Kehati menjadi penting karena dapat menjadi aset daerah yang berisi koleksi tanaman-tanaman yang hidup di daerah tersebut termasuk tanaman lokal, endemik dan langka.

Baca juga: KLHK : Taman Kehati tingkatkan keanekaragaman hayati

Taman Kehati telah dibangun di sejumlah daerah yakni Bukit Peramun di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung; Gunung Tajam di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung; Ecopark Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong, Jawa Barat; DAS Tondano di Sulawesi Utara; DAS Flores Timur di Nusa Tenggara Timur; dan Kiara Payung di Sumedang, Jawa Barat. Adapun total tanaman endemik yang ditanam di daerah-daerah itu adalah 30.100 jenis.

Pembangunan taman Kehati telah digencarkan sejak 2014 oleh Yayasan Kehati, namun masih banyak daerah yang belum mengembangkan taman Kehati.

Untuk pembangunan taman Kehati, memang diperlukan komitmen pemerintah daerah dan lahan milik pemerintah daerah minimum 30 hektar. Lahan itu kemudian bisa ditanami tanaman-tanaman yang menjadi ciri khas atau tanaman lokal di daerah itu sehingga menjadi upaya menjaga keanekaragaman hayati.

Dalam pengembangan taman Kehati, Yayasan Kehati juga akan membantu dan memfasilitasi pemerintah daerah terkait rancang bangun taman Kehati, pelatihan pengelolaan dan pengembangan taman, bahkan hingga membantu mencari dana untuk pembangunan taman itu.

Baca juga: Kehati minta Omnibus Law cerminkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Rika menuturkan sebelum mendesain taman Kehati, maka pihaknya akan menilai dan mensurvei terlebih dahulu lokasi yang disediakan pemerintah daerah untuk menjadi taman Kehati, mendata potensi tanaman lokal termasuk tanaman rempah dan pohon buah-buahan, kemudian merancang desain tanaman.

Taman Kehati bukan hanya suatu taman untuk koleksi dan pelestarian keanekaragaman hayati, tapi juga dapat berfungsi sebagai taman wisata dan taman edukasi. Masyarakat dapat datang berkunjung dan jalan-jalan ke taman itu dengan nyaman.

"Di taman Kehati, orang bisa mengakses dan tahu tanaman lokal, endemik, khas daerah dan langka, sehingga mereka tidak harus pergi ke hutan tapi bisa mengunjungi taman Kehati," ujarnya.

Dalam menjaga taman Kehati, diperlukan keterlibatan masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi terkait pembangunan taman Kehati harus sampai ke masyarakat atau akar rumput.

Saat ini, Yayasan Kehati sedang fokus untuk rencana pembangunan taman Kehati di Sawahlunto, Sumatera Barat. Kerja sama antara Yayasan Kehati dan pemerintah setempat itu sudah dimulai sejak November 2019. Pada Maret 2020, sedang disiapkan desain arsitektur lanskap untuk taman Kehati di Sawahlunto.

"Mudah-mudahan sesudah Lebaran, di bulan Juli 2020, kita sudah mulai proses pembangunannya," tutur Rika.

Baca juga: KEHATI Award dan motivasi pelestarian sumber daya hayati
Baca juga: Emil Salim: Kegiatan ekonomi jangan merusak keanekargaman hayati
Baca juga: CIMB Niaga dan Yayasan KEHATI dorong masyarakat lestarikan bambu

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020