gambut ini memiliki potensi luar biasa, apalagi yang punya lahan gambut itu tidak banyak di dunia, hanya Indonesia dan Brazil
Palembang (ANTARA) - Anggota DPR RI Riezky Aprilia menilai alokasi dana APBN untuk restorasi lahan gambut yang terbakar di Sumatera Selatan perlu ditambah karena luasnya areal yang harus diperbaiki.

Riezky yang diwawancarai setelah acara diskusi dengan pewakilan Badan Restorasi Gambut Sumatera Selatan di Palembang, Senin, mengatakan, kerusakan lahan gambut di Sumsel terbilang parah akibat kebakaran hutan dan lahan yang cukup hebat pada 2015 dan 2019, sehingga dibutuhkan penanganan serius agar lingkungan kembali pulih.

“Saya nilai anggaran perlu ditambah agar upaya perestorasian ini maksimal. Ini tugas kami yang akan mengawalnya,” kata Riezky.

Namun, perestorasian lahan gambut ini bukan sebatas persoalan anggaran yang terbatas tapi juga koordinasi antara berbagai pihak terkait.

Pemerintah yang bertugas memperbaiki areal di luar konsesi perkebunan milik perusahaan harus membangun koordinasi dengan banyak pihak agar perbaikan menjadi optimal dan tepat sasaran.

Menurutnya, hal ini sangat penting karena muara dari perbaikan lahan gambut ini bukan hanya memulihkan lingkungan tapi pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Lahan gambut yang memiliki beranekaragam tanaman khas, sejatinya dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup seperti pembuatan tikar berbahan tanaman purun yang menjadi kearifan masyarakat Ogan Komering Ilir.

“Kesadaran ini harus dibangun, karena sebenarnya gambut ini memiliki potensi luar biasa, apalagi yang punya lahan gambut itu tidak banyak di dunia, hanya Indonesia dan Brazil,” kata anggota Komisi IV DPR RI ini.

Oleh karena itu, legislator selalu mengawal pemerintah agar serius dalam mengawal perbaikan lahan gambut ini sekaligus pemanfaatannya bagi ekonomi kerakyatan.

“Kami juga meminta Presiden Jokowi untuk melakukan langkah-langkah nyata, agar gambut ini benar-benar berguna untuk masyarakat,” kata dia.

Sementara itu, Kasubpokja BRG Provinsi Sumatera Selatan Onesimus Patiung mengatakan pada 2019, daerahnya mendapatkan alokasi Rp28 miliar. Sementara pada 2020, alokasi bertambah sehingga menjadi Rp31 miliar.

“Saya rasa dana ini sudah cukup, karena pada 2019 juga tidak terserap semua. Jika ada penambahan anggaran, mungkin akan diplot ke kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat karena BRG menerapkan pendekatan 3R (rewetting, revegetasi, dan revitalisasi mata pencaharian penduduk),” kata dia.

Pada 2020, BRG akan membuat 700 sumur bor dan sekitar 150-an sekat kanal untuk upaya perbaikan lahan gambut dan sekaligus pencegahan kebakaran hutan dan lahan di kawasan tersebut.

Sementara itu, berdasarkan data penambahan area yang rusak setelah kejadian kebakaran hutan dan pada 2015 diketahui cakupan program restorasi gambut di Sumatera Selatan (Sumsel) yang semula 168.000 hektare ditambah 40.000 hektare lagi.



Baca juga: 120.000 ha gambut jadi PR restorasi BRG di 2020
Baca juga: BRG fasilitasi restorasi 656.884 ha gambut di Sumsel
Baca juga: Akurasi peta dinilai masih jadi hambatan restorasi gambut

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020