Karena derajat sebuah bangsa dari sisi kesehatan diukur dari angka kematian ibu dan bayi
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) fokus mengatasi empat isu atau lebih dikenal dengan Empat Terlalu (4T), yaitu terlalu sering, terlalu banyak, terlalu muda, dan terlalu tua, untuk mencegah bayi lahir dengan kasus kekerdilan.

"Karena Empat Terlalu inilah yang menjadi sumber 'stunting' (kekerdilan)," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam acara Rakernas Program Banggakencana 2020 di Kantor BKKBN Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan angka fertilitas total perempuan Indonesia pada 2019 tercatat 2,45, belum mencapai target 2,28.

Hal itu, kata dia, menunjukkan tingkat fertilitas perempuan masih tinggi dan masih berisiko terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.

Untuk itu, BKKBN berupaya keras mewujudkan generasi Indonesia yang unggul melalui program yang tepat sehingga generasi baru yang dilahirkan tumbuh sehat.

Baca juga: Wapres Ma'ruf harap BKKBN turut ciptakan SDM unggul

Untuk mencegah lahirnya generasi yang tidak unggul karena cacat, autis, gangguan mental, dan kekerdilan, BKKBN berfokus pada empat isu yang dianggap menjadi penyebab tingginya angka kekerdilan tersebut.

Empat isu tersebut, antara lain tentang jarak persalinan yang terlalu sering, jumlah persalinan yang terlalu banyak, usia ibu yang terlalu muda atau juga terlalu tua.

Ia mengatakan jarak persalinan yang terlalu sering dapat menyebabkan bayi mengalami kekerdilan atau terkena gangguan lain. Oleh karena itu, isu mengenai jarak persalinan tersebut harus diatur sehingga kualitas bayi yang dilahirkan baik.

Ia mengatakan banyaknya persalinan yang dialami seorang ibu juga berisiko memengaruhi kesehatan bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, jumlah persalinan juga harus dibatasi.

Demikian juga dengan usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, kata dia, dapat memengaruhi kondisi bayi yang dikandung dan dilahirkan.

"Oleh karena itu, Empat Terlalu inilah yang menjadi sumber 'stunting', karena 'stunting' sangat berkorelasi positif dengan 'space', jarak, kelahiran yang sekarang dengan kelahiran yang berikutnya. Begitu juga adanya gangguan mental dan emosional," katanya.

Melalui fokus upaya mencegah kekerdilan tersebut, Hasto berharap, angka kematian ibu dan bayi dapat ikut diturunkan.

"Karena derajat sebuah bangsa dari sisi kesehatan diukur dari angka kematian ibu dan bayi," katanya.

Baca juga: Menko PMK akan koordinasikan program penurunan kemiskinan dan stunting
Baca juga: Wapres pimpin rakor penurunan angka "stunting" dan kemiskinan

Pewarta: Katriana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020