Hidayat Lamakarate dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Basarnas Palu, yang dihadiri Deputi Bidang Tenaga dan Potensi Basarnas Abdul Haris, berlangsung di salah satu hotel di Palu menyampaikan pandangan terkait kepemimpinan kolaboratif sesuai pengalamannya saat menghadapi bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi.
Kondisi saat itu, ia gambarkan sangat kritis karena akses komunikasi putus, listrik padam, korban berjatuhan, dan banyak pejabat utama yang tidak berada di tempat sehingga sulit berkoordinasi.
Baca juga: Gubernur : Huntap untuk penyintas bencana Sulteng harus tahan gempa
Peristiwa saat itu, menurut dia mesti jadi pembelajaran untuk menetapkan suatu model organisasi kepemimpinan darurat karena Bangsa Indonesia hidup di atas potensi bencana yang sangat besar, termasuk di Sulteng.
"Agar ketika bencana sistem ini bisa langsung bekerja," kata Hidayat Lamakarate.
Terkait hal itu Deputi Bidang Tenaga dan Potensi Basarnas, Abdul Haris mengemukakan perlunya model kepemimpinan kolaboratif selama masa tanggap darurat dan proses pencarian dan pertolongan korban.
Karena itu, agar benar-benar terwujud maka ego sektoral instansi masing-masing harus disampingkan terlebih dahulu, sebut Haris.
Baca juga: PUPR siapkan 6.800 rumah instan untuk penyintas bencana Sulteng
"Memang baju kita beda tapi hati kita satu untuk kemanusiaan. Supaya orientasi Saya berganti jadi kita," katanya.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020