Sakitnya Sulawesi Tengah adalah sakitnya Jawa Tengah dan Indonesia
Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah bersama masyarakat Provinsi Jawa Tengah membantu pemulihan pascabencana gempa dan likuefaksi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, sebesar Rp2 miliar lebih.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat meninjau sekaligus meresmikan gedung Madrasah Tsanawiyah (MTs) Alkhairat Biromaru, di Sigi, Rabu, mengatakan bantuan masyarakatnya untuk pemulihan bencana di Sulawesi Tengah sudah berlangsung sejak masa tanggap darurat bencana. Saat itu menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) Jateng membuka posko dompet peduli bencana Sulteng sekaligus turun berpartisipasi melakukan aksi kemanusiaan.

"Kami juga pada waktu itu ikut menyalurkan logistik dan memenuhi kebutuhan mendesak lainnya, termasuk pembangunan hunian sementara bagi korban gempa di tiga daerah terparah yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala," ungkap Ganjar.

Dia menuturkan, di masa tanggap darurat akses mereka masuk ke Sulteng cukup sulit, karena saat itu penerbangan di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Palu belum stabil, di tambah kondisi daerah yang masih porak poranda akibat gempa, tsunami dan likuefaksi 28 November 2018.

Pascatanggap darurat dan memasuki fase pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi, pihaknya mengalokasikan dana miliaran rupiah untuk membantu membangun sejumlah sarana dan prasarana di tiga daerah terparah. Khusus Kabupaten Sigi, Pemerintah Jateng membangun sejumlah fasilitas pendidikan, masjid, panti asuhan dan fasilitas lainnya untuk kepentingan orang banyak.

"Sakitnya Sulawesi Tengah adalah sakitnya Jawa Tengah dan Indonesia. Penanganan bencana tidak cukup hanya pemerintah daerah setempat, olehnya mari kita saling membatu dengan kekuatan yang kita miliki," kata Ganjar menambahkan.

Pascasetahun lebih bencana menimpa Sulteng, dia mengaku sudah tiga kali berkunjung di provinsi ini guna memastikan bantuan masyaraktanya tersalur dengan baik serta tepat asaran dan saat ini hasil bantuan itu telah nampak, salah satunya bangunan gedung MTs Alkhairat Desa Mpanau, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi yang telah di fungsukan untuk kegiatan pendidikan.

Dia menilai, penanggulangan bencana bukan hanya bertumpuh pada pemenuhan hak-hak korban, akan tetapi perlu di dukung dengan upaya menjaga kelangungan lingkungan melalui kegiatan reboisasi, rehabilitasi, kajian analisis dampak lingkungan yang mengacu pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

"Kita tidak perlu saling mencaci. Penanganan pemulihan bencana tidak bisa diselesaikan denga saling menghujat justru hanya menimbulkan persoalan baru," katanya.

Baca juga: DPRD Sulteng nilai perlu pelestarian DAS di Sigi cegah banjir
Baca juga: Sigi paling sering dilanda banjir dan longsor pada 2019

Pewarta: Muhammad Arshandi/Moh Ridwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020