Industri MRO sudah diberikan berbagai fasilitas insentif fiskal seperti 'tax holiday' dan pembebasan bea masuk
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut industri perawatan dan perbaikan atau maintenance, repair, and overhaul (MRO) pesawat memiliki peranan penting bagi industri penerbangan karena mampu menekan pengeluaran, salah satunya biaya impor komponen pesawat.

“Selain itu, bisnis industri MRO cukup menjanjikan, seiring meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. Bahkan, didukung pula dengan maraknya pembangunan bandara di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Menperin lewat keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Industri MRO Amerika minat investasi di Batam

Kemenperin memproyeksikan potensi bisnis industri perawatan dan perbaikan pesawat di Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 2,2 miliar dolar AS, naik signifikan dibanding 2016 sebesar 970 juta dolar AS.

Hal ini seiring upaya pemerintah yang memacu pengembangan industri jasa penerbangan dalam negeri sejak 2000 sehingga kinerjanya tumbuh dalam satu dekade terakhir.

“Dalam upaya memacu daya saingnya, industri MRO sudah diberikan berbagai fasilitas insentif fiskal seperti tax holiday dan pembebasan bea masuk,” ujar Agus.

Saat ini, industri MRO di Indonesia diperkuat 32 perusahaan yang tergabung dalam Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA).

Untuk itu, Kemenperin bersama seluruh pemangku kepentingan terkait terus berkolaborasi guna lebih meningkatkan daya saing industri MRO nasional. Salah satu langkah strategisnya, yaitu pengembangan sumber daya manusia industrinya.

Upaya konkret itu misalnya, Kemenperin dan IAMSA akan bersinergi dalam pembangunan unit pendidikan atau penyediaan tenaga pengajar ahli di bidang perawatan pesawat.

Selanjutnya, dilakukan kerja sama dengan industri yang akan menampung para lulusan tersebut agar mereka dapat langsung terserap kerja.

Kemenperin mencatat Indonesia akan menyerap sebanyak 12-15 ribu tenaga ahli MRO dalam kurun 15 tahun ke depan.

Sementara itu, sekolah-sekolah teknisi penerbangan yang ada di Indonesia saat ini baru menghasilkan 200 tenaga ahli per tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 1.000 orang per tahun.

Baca juga: Dukung investasi MRO asing, BKPM beri "tax holiday"
Baca juga: MRO pesawat di Batam akan hemat devisa jutaan dolar AS


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019