bantuan sudah ada, tetapi tetap masih membutuhkan
Sigi (ANTARA) - Korban bencana alam banjir di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah hingga kini masih bertahan di sejumlah lokasi pengungsi dan masih membutuhkan bantuan bahan makanan dan juga obat-obatan.

Camat Dolo Selatan Jalil di Desa Poi, Rabu membenarkan sudah ada bantuan yang disalurkan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak lembaga kemanusiaan peduli bencana alam di daerah itu.

"Bantuan sudah ada, tetapi tetap masih membutuhkan, sebab rata-rata korban yang mengalami dampak dari bencana banjir lumpur di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan yang terjadi 08 Desember 2019 tersebut rumah maupun isi rumah terendam lumpur," kata dia.

Baca juga: ACT salurkan bantuan korban banjir bandang Desa Poi Kabupaten Sigi
Baca juga: Curah hujan meningkat, warga Sigi diminta tetap waspadai banjir


Karena itu, mereka masih memerlukan bantuan, terutama bahan makanan dan obat-obat,sebab pasca banjir warga, terutama anak-anak mulai terserang penyakit.

Dia juga menyampaikan terima kasih bagi Pemkab Sigi dan Pemprov Sulteng serta beberapa NGO yang ikut menyalurkan bantuan berbagai jenis makanan, minuman dan juga kebutuhan rumah tangga lain kepada para korban.

Banjir lumpur yang memporak-porandakan puluhan rumah warga Desa Poi, menyusul hujan deras mengguyur kawasan itu sepanjang hari Minggu (08/12) dan menyebabkan banjir lumpur.

Camat Jalil mengatakan ada beberapa desa di wilayahnya yang selama ini rawan bencana alam banjir, sebab berada di dekat aliran sungai.

Baca juga: 14 anak korban banjir Desa Poi-Sigi diungsikan ke bekas sekolah swasta
Baca juga: Banjir bandang disertai lumpur terjang permukiman warga Desa Poi-Sigi


Sementara Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata sebelumnya mengimbau warga di sejumlah wilayah di Kabupaten Sigi, terutama yang permukimannya berada di sepanjang bantaran sungai untuk tetap siaga.

"Saya imbau warga untuk waspada saat musim hujan, karena kemungkinan terjadinya banjir dan bencana alam longsor sangat berpotensi," kata Bupati Irwan.

Dia juga meminta warga untuk tidak menebang atau membabat hutan di daerah aliran sungai, sebab jika hutan sudah gundul mudah terjadi bencana banjir dan longsor.

Bupati Irwan mengaku beberapa wilayah di Kabupaten Sigi rawan banjir dan tanah longsor sehingga perlu mendapat perhatian semua pihak, termasuk masyarakat yang permukimannya dekat dengan aliran.

Bencana alam banjir terbesar terjadi pada Mei 2019 yang mengakibatkan ribuan rumah penduduk, jaringan irigasi, jembatan,tiang dan jaringan listrik serta merendam jalan yang menghubungkan Kota Palu dengan empat Kecamatan di Kabupaten Sigi yakni Pipikoro,Kulawi Selatan, Kulawi dan Lindu sempat terisolir selama beberapa pekan.

Banjir yang terjadi menyusul tingginya intensitas curah hujan dan beberapa sungai meluap dan menerjang permukiman penduduk di sejumlah desa di Kecamatan Dolo Selatan, Gumbasa dan Kulawi. 

Baca juga: Upaya Pasigala cegah banjir musim hujan pascasetahun gempa
Baca juga: Pascabanjir, aparat dan warga sigi bergotong royong bersihkan lumpur


 

Pewarta: Anas Masa
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019