Konferensi ini membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan
Jakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan untuk mengembangkan kemajemukan menuntut beberapa prasyarat salah satunya pengakuan pluralitas itu sendiri.

Din dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan beberapa hal lain juga penting untuk mengembangkan kemajemukan yaitu kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai, toleransi dan kerja sama.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu menyoroti salah satu poin penting dari kemajemukan yaitu soal toleransi.

"Toleransi adalah sikap dan pandangan mengakui bahwa di antara anasir masyarakat majemuk ada persamaan dan ada perbedaan. Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai tenggang rasa terhadap perbedaan itu," kata dia.

Baca juga: Din Syamsuddin: Agama harus jadi pemecah masalah kebangsaan

Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) itu mengatakan toleransi adalah prasyarat mutlak untuk menjaga keutuhan, kerukunan dan persatuan.

"Dengan demikian, toleransi bukan sekadar kemungkinan tapi adalah keniscayaan," katanya.

Namun, Din mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak yang bersifat subyektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada.

Tuduhan sepihak seperti itu, kata dia, sering muncul sebagai bermotif politik. Sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi.

"Dari pada mengembangkan pendekatan bernada fobia demikian, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. Jika ada masalah di antara kelompok-kelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog. Dialog adalah cara bermartabat untuk mengatasi yang ada," katanya.

Adapun Din saat ini sedang berada di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, guna menghadiri Konferensi Toleransi.

Konferensi itu merupakan penyelenggaraan keenam yang diselenggarakan Forum Promosi Perdamaian dalam Masyarakat Islam yang dipimpin Syaikh Abdullah Bin Bayyah, seorang ulama terkemuka di dunia. Konferensi dihadiri sekitar 300 tokoh berbagai agama dari berbagai negara.

Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin, hadir Amany Lubis (Rektor UIN Jakarta), Amal Fathullah Zarkasyi (Rektor Unida Gontor), Khuzaimah Y Tanggo (Rektor IIQ), KH Abdullah Jaidi (Ketua MUI), KH Muhyidin Junaidi (Ketua MUI), dan Zaitunah (Dosen UIN Jakarta).

Dalam konferensi dibahas beberapa aspek dari pengembangan budaya toleransi dalam kehidupan masyarakat majemuk, seperti formulasi baru toleransi, etika toleransi, peluang bagi perdamaian dan Aliansi Keutamaan.

"Konferensi ini membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan," katanya.

Baca juga: Din Syamsuddin minta pendidikan watak diprioritaskan

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019