Banda Aceh (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan program keluarga tangguh bencana (Katana) di Pasie Jantang Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, dalam upaya membangun mitigasi kebencanaan kepada seluruh keluarga di Indonesia.

"Program ini akan berjalan mulai tahun depan. Kita harapkan selama lima tahun yang akan datang seluruh keluarga di Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program keluarga tangguh bencana," kata Kepala BNPB Letnan Jenderal Doni Monardo di Aceh Besar, Minggu.

Dalam lawatannya ke Aceh untuk meluncurkan program Keluarga Tangguh Bencana (Katana) di Pantai Pasie Jantang Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar,  Doni  menyebutkan akibat dari peristiwa gempa dan tsunami maka yang paling terkena dampak adalah lingkungan keluarga, yang mayoritas ibu-ibu dan anak-anak.

Baca juga: BNPB prioritaskan Program Katana di daerah rawan bencana
Baca juga: BNPB luncurkan buku "Kibar Pataka di Selatan Jawa"

 

Dia mengatakan sejumlah hasil kajian baik dari peneliti dalam dan luar negeri membuktikan bahwa yang bisa menyelamatkan diri saat peristiwa bencana pertama sekali ialah diri sendiri, kemudian baru bantuan keluarga, serta selanjutnya bantuan lingkungan sekitar.

"Hanya dua persen orang luar yang datang untuk memberi bantuan. Berarti 98 persen (penyelamatan) itu adalah karena kemandirian, baik orang-perorang, keluarga dan juga lingkungan," katanya.

Oleh karena itu BNPB telah meluncurkan program desa tangguh bencana (Destana) yang salah satu di dalamnya program Katana. Program itu lahir beranjak dari data BNPB bahwa 54 ribu desa di Indonesia memiliki potensi bencana dengan kerawanan bervariasi, mulai dari sedang hingga paling tinggi.

Baca juga: Pemkab Bekasi bentuk Destana di wilayah rawan bencana
Baca juga: BNPB: Anggota pramuka kenali potensi bencana


Lebih lanjut, dia mengatakan selama mengikuti kegiatan peluncuran program Katana dalam tiga hari terakhir di Aceh tersebut, BNPB telah mengedukasi para peserta pelatihan dari lintas sektor terkait ancaman-ancaman bencana di setiap daerah Indonesia yang berbeda-beda.

Doni mengatakan mulai dari ancaman bencana gunung merapi, gempa yang diikuti tsunami, bahkan likuifaksi. Begitu juga ancaman hidrometerologi seperti angin puting beliung, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta yang sedang menunjukkan grafik naik yaitu abrasi di sejumlah pantai, terutama dibagian Timur Indonesia.

Karena itu dalam pelaksanaan program ini nantinya akan dilakukan pembahasan dengan kementerian terkait serta para pakar kebencaan menyangkut para kader-kader provinsi hingga ke kabupaten/kota dan desa agar mampu meningkatkan keselamatan dan ketangguhan keluarga dalam menghadapi potensi bahaya.

"Jadi ujung tombak program ini adalah Juru Keluarga Tangguh Bencana (Juragan) yang berada di tingkat desa, sehingga mereka bisa menilai mana masyarakat yang sudah mengikuti program ini dan mana yang belum mengikutinya," katanya.

Baca juga: Kepala BNPB gagas monumen pengingat bencana
Baca juga: Ekspedisi Destana Tsunami BNPB jangkau 512 desa


Pewarta: Khalis Surry
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019