Hanggar tiga lantai ini sangat menyedihkan kondisinya saat itu, sudah seperti kuburan pesawat
Tangerang (ANTARA) - Bangkai pesawat masih bertengger di kanan kiri jalan menuju hanggar yang dibangun oleh perusahaan perawatan dan perbaikan pesawat (Maintenance, Repair and Overhaul) asal Lithuania, FL Technics.

Tidak mengherankan mengapa terdapat banyak bangkai pesawat di kawasan sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta itu karena ternyata merupakan bekas hanggar maskapai Batavia Air yang kini sudah tidak beroperasi.

Namun, sejak 2015 FL Technics Indonesia atau PT Avia Technics Dirgantara memenangkan tender dan akhirnya dapat mengubah tempat yang terkesan mencekam menjadi bengkel pesawat serta kantor yang berdesain kekinian.

Senior Manager of Aeronautical Business PT Angkasa Pura II I Ketut Fery Utameyasa bahkan menyebut kondisi seperti “kuburan” pesawat di mana kesulitan dalam menawarkan eks hanggar Batavia Air itu setelah dinyatakan pailit pada 30 Januari 2013.

“Hanggar tiga lantai ini sangat menyedihkan kondisinya saat itu, sudah seperti kuburan pesawat. Banyak tumpukan barang, suku cadang pesawat, kertas, kami repot menjual hanggar ini ke mitra kami,” ujarnya.

Saat itu FL Technics sudah melirik tempat tersebut untuk dijadikan hanggar, namun karena harus mengikuti prosedur maka AP II menggelar lelang.

Lelang pun dilakukan dua kali, para peminat perlahan mundur dan hanya FL Technics yang bertahan dan akhirnya dinyatakan sebagai pemenang tender.

“Kita juga harus transparan, FL Technics salah satu perusahaan MRO yang memiliki reputasi baik. Kami ingin perusahaan dari luar juga eksis agar pelanggan bisa memilih dan punya keleluasaan siapa yang menjadi mitra kerja,” ujarnya.

Ferry mengatakan FL Technics diharapkan tidak hanya memindahkan usahanya ke Indonesia, tetapi juga membagikan ilmu dan keterampilan dari para ahli dan menyerap tenaga kerja dalam negeri.

“Kami berharap usahanya bisa double atau triple di bandara kami,” ujar Ferry.

Dengan investasi 10 juta dolar AS, FL Technics mulai membangun hanggar untuk perbaikan fasilitas agar mencapai kondisi laik usaha mengingat hanggar yang dulu terbengkalai.

Kini, hanggar telah bertransformasi dan dapat menampung tiga pesawat berbadan sedang (narrow body) sekelas Airbus A320 dan Boeing B737 dan mempekerjakan sebanyak 260 karyawan dalam sehari.

Dalam jangka waktu tiga tahun, FL Technics Indonesia telah meraih balik modal (break even point) dan hingga akhir 2019 optomistis raup pendapatan 11 juta dolar AS.

CEO FL Technics Indonesia Martynas Grigalavicius menjelaskan terkait rencana pembangunan hanggar baru di Hanggar FL Technics Indonesia, Tangerang. (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)
Hanggar Baru

Tidak berhenti di situ, CEO FL Technics Indonesia Martynas Grigalavicius mengatakan pihaknya berencana untuk mengembangkan hanggar hingga bisa memuat untuk perawatan lima pesawat sekaligus dan kapasitas maksimal sembilan hingga 10 pesawat yang nantinya per tahun bisa mendongkrak pendapatan sebesar 40 juta dolar AS.

“Total apabila kita kombinasikan operasi secara penuh, kita bisa bukukan 40 juta dolar AS setahun, yang bisa memuat hingga delapan, sembilan atau 10 tergantung ukuran,” katanya.

Kebutuhan investasi untuk membangun hanggar tersebut, yaitu 20 juta dolar yang akan dimulai pada April 2020.

“Jika semua evaluasi kontrak dan izin berjalan secara lancar, maka kita bisa mulai di April 2020,” katanya.

Dengan adanya hanggar baru tersebut, 200 tenaga kerja tambahan akan terserap lagi di mana saat ini sudah ada 260 karyawan yang sebagian besar merupakan pekerja lokal dan 10 asing.

FL Technics Indonesia juga berencana untuk mengembangkan pelatihan untuk peningkatan kemampuan para teknisi yang sebagian besar merupakan karyawan Indonesia.

“Sejak awal kami telah menerima SDM Indonesia untuk kami latih lebih lanjut dengan mengikutsertakan mereka dalam sejumlah kursus baik di dalam maupun luar negeri. Dengan itu, kami berharap agar dapat terjadi transfer of knowledge yang bisa meningkatkan kemampuan mereka di tingkat internasional,” kata Martynas.

Dia menyebutkan saat ini 90 persen kliennya adalah maskapai penerbangan asing yang turut membawa devisa masuk ke Indonesia.

“Kami yakin bahwa Indonesia, khususnya Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki potensi sebagai destinasi MRO global. FL Technics Indonesia siap membantu merealisasikan hal ini dan membawa lebih banyak lagi devisa asing masuk ke Indonesia,” tuturnya.

Saat ini FL Technics Indonesia juga sudah mengantongi sertifikasi kompetensi teknis untuk tipe Airbus A320 dan Boeing B737, baik dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (DGCA), Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat, CAAT (Thailand), CAAP (Filiphina), CAAM (Malaysia), SSCA (Kamboja), CAAV (Vietnam) dan 2 REG (Internasional).

Dua teknisi FL Technis Indonesia tengah memperbaiki sayap pesawat di Hanggar FL Technics Indonesia, Tangerang. (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)

Potensi Besar Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyambut baik adanya investasi asing di industri MRO yang dinilai memiliki efek berlapis atau multiplier effect terhadap perekonomian nasional seiring dengan kebutuhan yang cenderung meningkat tiap tahunnya.

Bentuk dukungan itu dengan memberikan keringanan pajak atau tax holiday sesuai dengan Peraturan BKPM Nomor 1 Tahun 2019 di mana investasi di bidang perawatan dan perbaikan pesawat mendapatkan relaksasi fiskal tersebut.

“Berdasarkan peraturan tersebut, bidang usaha MRO dimasukkan sebagai bidang usaha yang bisa mendapatkan tax holiday, pemerintah Indonesia memprioritaskan untuk dikembangkan investor asing dan domestik,” kata Kepala Seksi Fasilitas BKPM Andi Bardiansyah.

Karena itu, Andi mengatakan pihaknya berkomitmen membantu apabila terdapat kendala bagi investor asing dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia.

“Tentu kami akan dukung, Kami di BKPM siap memfasilitasi jika ada kendala untuk merealisasikan investasi,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Pengamat Penerbangan CommunicAvia Gerry Soejatman yang menilai potensi industri MRO di Indonesia masih besar mengingat baru diisi dua pemain besar, yakni PT GMF AeroAsia milik Garuda Indonesia Group dan Batam Aero Technic milik Lion Air Group.

Sehingga, menurut dia, dengan hadirnya FL Technics Indonesia akan menciptakan bisnis MRO yang lebih kompetitif.

“Indonesia masih kurang kapasitas untuk perawatan pesawat, memang dalam 20 tahun terakhir di Asia Tenggara booming tapi kapasitas jauh di bawah. Jadi, bukan lagi prospeknya yang bagus, tapi mereka kewalahan menangani pelanggan, bahkan maskapai yang mendatangi MRO, kapan ada slot. Dengan adanya FL Technics Indonesia yang bukan airline-owned sangat membantu,” katanya.

Namun, Gerry menilai, investasi asing di industri MRO juga harus dibarengi dengan regulasi yang mendukung, namun tetap harus sesuai prosedur, seperti ketentuan konsesi dan proses lelang.

“Pemerintah baru melek masalah MRO ini 10 tahun terakhir, jadi butuh banyak kebijakan yang harus dikaji, mengubah pola pikir regulator dan operator bandara terhadap pemain luar yang mau masuk,” ujarnya.

Gerry berharap kebutuhan MRO dalam negeri terus terserap yang saat ini sudah mencapai 30-40 persen dari hanya 20 persen pada tujuh tahun lalu.

“Tujuh tahun lalu kemapuan MRO hanya bisa cover 20 persen dari kebutuhan Indonesia, sekarang armada semakin berambah. Ini kejar-kejaran terus, sekarang sudah bisa 30-40 persen dari kapasitas lokal karena masih ada maskapai yang ke luar, paling enggak menciptakan bisnis MRO-nya sehat,” katanya.

Baca juga: Bangun hanggar baru, FL Technics targetkan raup 40 juta dolar AS
Baca juga: FL Technics catatkan pendapatan 11 juta dolar tahun 2019


Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019