Jumlah penduduk Filipina lebih kecil, tetapi nilai remitansinya setahun 24 miliar dollar AS, sementara Indonesia hanya 8,8 miliar dolar AS
Jakarta (ANTARA) - Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul perlu memperhatikan pekerja migran yang akan berangkat ke luar negeri, kata Ketua Umum Asosiasi Jasa Perusahaan Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) Ayub Basalamah.

"Pekerja migran perlu diperhatikan untuk menciptakan SDM yang unggul," ujar Ayub dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Ayub memuji pidato Presiden Joko Widodo saat dilantik untuk menjadi presiden pada periode kedua yang mengatakan fokus utama pembangunan SDM yang unggul. Penyiapan SDM Indonesia yang unggul merupakan persyaratan utama jika mau bersaing dengan negara-negara lain dan hal itu wajib disikapi secara serius oleh seluruh komponen bangsa.

"Kami siap menjadi gugus terdepan dalam penyiapan SDM Unggul khususnya bidang calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang akan ditempatkan keluar negeri," terang dia.

Menurut Ayub, anjuran Presiden agar seluruh komponen bangsa Indonesia membantu penyiapan SDM Unggul sudah tepat. Negara-negara Asia Timur seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan Hongkong memang maju mengikuti Jepang yang lebih dulu, serius dalam menyiapkan anggota SDM Unggul.

"Di tingkat Asia Tenggara, Kamboja dan Vietnam pun kini sudah serius dalam menyiapkan SDM unggul. Karena itu, kita jangan sampai tersisih dengan Vietnam dan Kamboja dalam persaingan SDM di tingkat global," katanya.

Baca juga: IOM: Indonesia perlu segera implementasi Kesepakatan Global Migrasi


Ayub menjelaskan Filipina mengandalkan pemasukan utamanya dari sektor pekerja migran. Jumlah penduduknya lebih kecil dari Indonesia tetapi nilai remitansinya setahun 24 miliar dollar AS, sementara Indonesia hanya 8,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp127 triliun per tahun.

Ayub menambahkan dalam rangka terciptanya SDM unggul terutama di sektor pekerja migran, Apjati terus akan meningkatkan kerja sama dengan peguruan tinggi dan lembaga sertifikasi profesi.

"Kami pastikan bahwa tenaga kerja yang kami tempatkan sudah memiliki kompetensi dan itu dibuktikan dengan sertifikasi kompetensinya," imbuh Ayub.

Ayub menuturkan remitansi (transfer uang yang dilakukan pekerja asing ke negara asalnya)  memainkan peran besar dalam ekonomi Indonesia termasuk dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah serta kesejahteraan masyarakat.

Ke depan, tantangan dalam mengatasi pengangguran di dalam negeri ke depan kian kompleks. Oleh karena itu pilihan bekerja ke luar negeri dengan kompetensi yang mumpuni merupakan pilihan yang harus dipersiapkan.

"Apalagi kita harus menghadapi kondisi Bonus Demografi Indonesia yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2020-2030 yang akan datang," kata dia lagi.* 

Baca juga: Selama Januari-Agustus 2019 NTT terima 73 jenazah pekerja migran

 

Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019