Jakarta (ANTARA News) - Calon anggota legislatif dari kalangan artis memang bisa mengumpulkan massa, namun kemampuan mereka untuk mengubah pilihan atau orientasi politik masyarakat masih dipertanyakan. "Mereka mungkin mampu mengumpulkan orang tapi belum tentu bisa mempengaruhi pilihan atau orientasi politiknya," kata Wakil Sekretaris Fraksi Partai Golkar Idrus Marham di Jakarta, Kamis, di sela penyerahan 10.942 sertifikat hak atas tanah oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) DKI Jakarta. Saat ditanya banyak artis yang menjadi caleg, Idrus mengatakan bahwa seorang yang populer karena keartisannya belum tentu pula populer secara politik atau populer di bidang lain. Seorang caleg, katanya, harus mempunyai visi dan misi serta punya komitmen membangun bangsa. "Tidak hanya dikenal," kata mantan Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) itu. Saat ini banyak partai, termasuk partai besar, menggaet artis sebagai caleg. Nurul Arifin dan Puput Novel akan dicalonkan Partai Golkar. Caleg PPP dari kalangan artis adalah Marissa Haque, Evie Tamala, Lyra Virna, Ferry Irawan, Okky Asokawati, dan Ratih Sanggarwati. Selain itu terdapat sejumlah nama artis yang merupakan kader PPP dicalonkan kembali menjadi caleg yakni Emilia Contessa dan anaknya Denada, Mieke Wijaya, Rahman Yacob, dan Soultan Saladin. PAN juga merekrut sejumlah artis sebagai caleg, di antaranya adalah Wanda Hamidah, Wulan Guritno, Dery Drajat dan pencipta lagu Tito Sumarsono, PDIP juga mengusung artis sebagai caleg-nya, seperti Rieke Dyah Pitaloka (PDIP/daerah pemilihan Jawa Barat). Pemimpin muda Sementara itu mengenai peluang kaum muda maju dalam pemilihan presiden, Idrus mengatakan, ia tidak mempersoalkan umur dalam kepemimpinan nasional. "Karena berpatokan umur namun tidak ada prestasi, maka itu justru bisa merusak bangsa," katanya. Yang terpenting, ia menambahkan, adalah terciptanya situasi yang kondusif bagi munculnya calon pemimpin, sehingga baik calon pemimpin muda maupun tua bisa bersaing dengan baik. Situasi yang kondusif tersebut harus bisa memunculkan pemimpin yang berprestasi, mempunyai pemikiran yang cemerlang, dan mempunyai komitmen tinggi membangun bangsa. Ia mengatakan, Barack Obama maju sebagai capres di Amerika Serikat bukan karena usianya, namun karena prestasinya. "Ia muncul lewat proses serta ada prestasinya," katanya. Ia mengatakan, jika dilakukan dikotomi antara kaum muda dan kaum tua maka akan menghasilkan debat yang tidak berguna.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008