kesalahan definisi berujung pada pembelahan antarkelompok
Jakarta (ANTARA) - Legislator yang merupakan anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR Mardani Ali Sera mengatakan, perlu dibangun dialog antara kelompok-kelompok yang selama ini memiliki pandangan yang berbeda.

"Misalnya, dalam kerangka Islam moderat bisa membuat kelompok Islam ekstra kanan dan kelompok Islam ekstra kiri menjadi berkumpul di tengah," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat. 

Kelompok masyarakat dari peta yang berbeda itu misalnya antara kelompok agamis pendukung gerakan 212 dengan kelompok liberal, atau antara pendukung 01 dan pendukung 02 pada Pemilihan Presiden 2019. 

Menurut dia, seluruh elemen bangsa perlu duduk bersama untuk membahas secara lugas dan legowo definisi dari radikalisme, antikeberagaman, dan intoleransi beserta segala turunannya demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

Baca juga: Cegah aksi radikal, masyarakat diminta kawal pelantikan Presiden


"Menurut saya, harus ada diskusi yang memadai agar definisi-definisi tersebut disepakati bersama. Sebab kesalahan definisi berujung pada pembelahan antarkelompok yang tidak perlu," katanya.

Dialog antarkelompok itu  didorong untuk memetakan dan menyamakan definisi radikalisme, antikeberagaman, intoleransi dan segala turunannya secara proporsional dan terbuka, ujarnya.

Ia juga  mengatakan negara perlu memperkuat pendidikan inklusif terkait interaksi antarkelompok masyarakat sipil untuk memperkuat keberagaman dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Perlu ada gerakan-gerakan pendidikan inklusif yang menjadi wacana publik, terutama di antara kawan-kawan yang selama ini berada di peta yang berbeda," kata Mardani.

  
Baca juga: Imam besar: Indonesia perlu cetak biru wujud bangsa 50 tahun ke depan

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019