Ambon (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Ambon serta kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (SBB) menangani perawatan terhadap 6.467 warga yang terdampak gempa magnitudo 6,5 yang menguncang tiga wilayah tersebut pada 26 September 2019.

Kepala Dinas Kesehatan Maluku Meykal Pontoh, di Ambon, Selasa mengatakan, jumlah penderita terbanyak yang mendapat pelayanan kesehatan yakni kabupaten Maluku Tengah sebanyak 3.362 orang, diikuti Seram Bagian Barat 3.031 orang dan kota Ambo yakni 74 orang.

"Yang dilayani tidak hanya warga yang menderita luka-luka karena tertimpa bangunan saat kejadian, tetapi juga yang sakit saat berada di tempat penampungan sementara," katanya.

Meykal mengaku Pemkot Ambon bersama Pemkab Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat mengerahkan sebagian besar dokter dan tenaga medis  merawat para korban luka-luka karena tertimpa bangunan saat gempa maupun pelayanan kepada warga yang sakit di lokasi-lokasi penampungan pengungsi.

Baca juga: Menkes akan tinjau kondisi pengungsi terdampak gempa Maluku

"Bahkan Kementerian Kesehatan juga mengirimkan 18 tenaga dokter, termasuk dokter ahli bedah tulang dan spesialis anak serta 18 orang tenaga medis dari daerah lain untuk membantu penanganan dan perawatan di lapangan.

Kepala Dinas Kesehatan Maluku Tengah, Jeni Adijaya mengatakan, pascagempa 26 September pihaknya membuka tujuh posko kesehatan di Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon yakni di Desa Suli, Tulehu, Waai, dan Liang karena empat desa tersebut tergolong paling parah terdampak gempa.

Sedangkan tiga posko kesehatan lainnya dibuka di Desa Pelauw, Oma dan Haruku Sameth (Pulau Hruku) serta kecamatan Leihitu, Pulau Ambon

Posko kesehatan di Desa Suli melayani perawatan dan pelayanan kesehatan terhadap 860 orang warga, posko Waai 650 orang, posko Tulehu (648 orang) dan posko Liang 57 orang.

Baca juga: 148.619 orang masih mengungsi akibat gempa di Maluku

Sedangkan di Pulau Haruku pokso Desa Pelauw melayani 70 orang, Oma dan Haruku Sameth (528 orang) dan 549 warga lainnya di kecamatan Leihitu, sedangkan korban meninggal di kabupaten tersebut sebanyak 17 orang.

"Kebanyakan pasien menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), kerena warga tidur di tenda darurat sehingga mudah sakit," katanya.

Sedangkan Kadis Kesehatan Seram Bagian Barat, Yohanes Tapan mengatakan, pasien yang dilayani tercatat 3.031 orang, tersebar di Puskesmas Piru sebanyak 61 orang, kecamatan Kairatu Barat (388 orang), Kairatu (689 orang). Sedangkan di lokasi pengungsi Waimital Rindam (900 orang), Kecamatan Amalatu (511 orang), Elpaputi (93 orang), Tanah Goyang (98 orang) dan Desa Luhu (175 orang).

"Hingga saat ini korban luka-luka yang masih menjalani perawatan di RSUD Piru sebanyak 16 orang, enam balita lahir di lokasi pengungsian serta korban meningal 20 orang," katanya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Ambon Robert Chandra, mengatakan sebanyak 13 warga meninggal akibat gempa, sedangkan korban luka-luka dirawat di RSUD dr. M. Halulussy, Kudamati sebanyak 22 orang), RST Latumeten (14 orang).

Selain itu, RS Sumber Hidup (tujuh), RS Bhayangkara (delapan) Hatiwe Kecil (tiga orang) RSKD Nania (dua orang) masing-masing satu orang dirawat di RS Al-Fatah dan RS Bakti Rahayu, sedangkan 16 orang lainnya dirawat di lokasi pengungsian.

Baca juga: Sudah 2.565 korban gempa dilayani di posko kesehatan Ambon
 

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019